Menikmati Avengers Ala Indonesia


Sutradara Joko Anwar kembali memunculkan karya ciamik lewat film “Gundala”. Film ini menjadi film genre super hero pertama yang dihasilkan sineas Indonesia di era milenial ini.  Film berdurasi 2 jam 3 menit ini menjadi tontonan yang asyik. Pasalnya banyak adegan action  yang membuat penonton enggan beranjak dari tempat duduknya.

Joko Anwar mampu menggarap film ini  dengan tehnik sinematografi yang apik dan memanjakan mata penonton.  Sebenarnya film ini merupakan film remake dari Film Gundala Putra Petir yang diputar tahun 1981 dan disutradari Lilik Sudjio. Film yang diadaptasi dari komik karya Hasmi kala itu dibintangi oleh Tedy Purba dan WD Mochtar.

Diproduksinya film ini kembali juga semakin mengukuhkan bahwa Joko Anwar memang jago dalam meremake film. Sebelumnya dia juga meremake film “Pengabdi Setan “ (2017) dan menjadikannya film horror dengan penonton terbanyak di Indonesia.

Film Gundala (2019) dibintangi oleh sejumlah bintang keren. Sebut saja Abimana Aryasatya (Sancaka), Tara Basro (Wulan), Bront Palarae (Pengkor), Ario Bayu (Ghani Zulham)  dan Lukman Sardi (Ridwan Bahri).  Berbeda dengan komiknya,  di film ini Joko Anwar menceritakan Gundala sejak masa kecilnya.

Menyaksikan film ini kita seperti teringat akan serial super hero Avengers yang diproduksi Marvels.  Film  Gundala juga rencananya akan menjadi film berlanjut yang diproduksi oleh Bumi Langit Studios.  Film ini menjadi film pembuka menuju serial selanjutnya. Oleh karena itu jika ingin menjadi bagian dari lakon Gundala dan super hero lainnya  film ini harus ditonton.

Kalau berbicara alur cerita, seperti layaknya menonton film super hero, kita sebaiknya tak perlu  memikirkan logika yang rumit.  Film ini diawali dari kisah Sancaka Kecil  (Muzzaki Ramdhan) yang harus hidup di jalanan sendiri. Pasalnya ayahnya (Rio Dewanto) yang merupakan buruh pabrik dibunuh oleh rekannya yang menjadi pengkhianat.

Sancaka juga ditinggal pergi ibunya (Marrisa Anita) entah kemana. Hingga Sancaka hidup di jalanan sampai dewasa dan bekerja menjadi petugas pengamanan di sebuah percetakan surat kabar. Alur cerita berkembang ketika Sancaka yang sejak kecil takut disambar petir, malah mendapatkan kekuatan super karena tak sengaja tersambar petir.

 Penonton makin terhibur setelah cerita berkembang dengan munculnya Pengkor yang menjadi penjahat berdarah dingin. Dia menguasai bisnis gelap termasuk pedagang di pasar dan juga memiliki kaki tangan yang diantaranya adalah anggota dewan. Sampai disini penonton terus menebak kelanjutan ceritanya.

Saat menyaksikan film ini jangan berharap penonton akan mencapai klimaks. Pasalnya film ini akan digarap hingga beberapa sekuel.  Di film ini kekuatan Gundala sebagai super hero juga belum maksimal.  Pengkor yang menjadi tokoh antagonis ternyata bukan musuh utama Gundala.  Itu terlihat di akhir film, saat Ghani Zulham yang merupakan rekan Pengkor membangkitkan Ki Wilawuk-tokoh yang akan menjadi musuh Gundala dari tidur panjangnya.

Tentu munculnya tokoh ini di akhir film membuat penonton penasaran.  Joko Anwar  memberikan pesan bahwa aka nada sekuel lanjutan dari film ini, layaknya film Avengers yang terdiri dari 22 sekuel.  Oleh karena itu film ini layak ditonton. Paling tidak menjadi hiburan bersama keluarga di akhir pekan. Apalagi film ini juga berlabel 13 tahun keatas. Selamat menonton Avengers ala Indonesia.

Penulis : Joko Santoso
Editor   : edt