Haul Mbah Rogo Moyo, Arsitek Bangunan Rumah Kudus


Ribuan warga berebut nasi berkah yang diarak dalam kirab budaya haul Mbah Rogomoyo.Foto: Ali Bustomi

KUDUS – Ribuan warga Desa/Kecamatan Kaliwungu, Kudus, meramaikan ritual penggantian kain luwur Mbah Rogo Moyo di Dukuh Prokowinong, Rabu (4/10).  Kirab budaya dilakukan, dengan meriah sebagai wujud memeriahkan haul sang pendiri rumah adat Kudus

Ketua Haul, Puji Harun Ainur Rosyid, mengatakan kegiatan tahunan tersebut selalu berlangsung dengan meriah. Tujuannya, mengingat sang cikal bakal sebagai pendahulu yang juga ahli dalam tukang kayu sehingga mampu membuat rumah adat Kudus.

Menurutnya, peserta kirab berjumlah mencapai 1.400-an orang. Hal itu karena meliputi perwakilan tiap RT, Sekolah dan juga warga sekitar desa yang juga ikut meramaikan kegiatan tersebut. Dijelaskan, para peserta kirab berjalan mulai dari Masjid Darul Istiqomah atau yang biasa disebut Masjid Alit. Kemudian peserta kirab mengelilingi kampung dengan mengarak sambil beratraksi hingga makam Mbah Rogomoyo sekitar 1,5 kilometer.

Bukan hanya kirab yang beragam saja yang menjadi menarik dalam ritual haul Mbah Rogomoyo, namun juga dengan perebutan nasi berkah sang pendiri rumah adat Kudus. Seperti halnya tiap tahun, pada tahun ini ribuan masyarakat memperebutkan nasi berkah.

Berebut Nasi Berkah

Seperti diungkap Lilis, merebut nasi berkah. Dia mengungkapkan ingin makan nasi berkah, lantaran ingin mendapatkan berkas dari Mbah Rogomoyo. Untuk itu, dia rela berdesakan dan saling berebut untuk mendapatkan. "Alhamdulillah dapat nasinya, ini untuk keluarga di rumah agar mendapatkan berkah dari si Mbah Rogomoyo,'" katanya.

Dia percaya, dengan memakan nasi berkah akan mendapatkan keberkahan dikemudikan hari. Karena, selain momen yang langka, sebelum pembagian juga di doakan terlebih dahulu.

Sejarah Mbah Rogo Moyo sendiri dikenal masyarakat dan para ulama sebagai penyebar Islam di wilayah setempat. Hanya saja, Mbah Rogo Moyo adalah seorang pendatang yang sampai saat ini belum diketahui silsilah keturunannya.

Berbagai sumber mengatakan bahwa beliau berasal dari Solo. Ia juga seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang selalu setia dan berani pada saat melawan penjajah Belanda. Pada tahun 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dan kemudian Mbah Rogo Moyo beserta teman-temannya yaitu Mbah Rogo Perti, Mbah Rogo Joyo, Mbah Rogo Dadi pergi ke Brangwetan (Jawa Timur) Kediri hingga akhirnya sampai ke Kaliwungu.

Mbah Rogomoyo adalah seorang yang memiliki keilmuan yang tinggi, diantaranya adalah pengetahuan luas dibidang agama, keahlian dibidang pertukangan kayu dan keahlian dibidang ukir kayu. Didalam kepandaaian yang beliau miliki, beliau menciptakan rumah adat Kudus (Rumah Joglo Pencu Tumpang Songo) yang memiliki nilai budaya yang diakui sejak dulu sampai sekarang dan terkenal di masyarakat Kudus maupun manca negara.

Dan tidak lupa juga dengan keahlian ukirnya yang menciptakan Gebyok Rogomoyo yang mengandung nilai religi, keindahan dan keunikan yang menjadi kan ciri khas tersendiri. Salah satu karya monumental Mbah Rogo Moyo adalah Pendapa Kabupaten Kudus yang dibangun pada era bupati Kudus ke III, Kanjeng Kyai Adipati Ario Condronegara III yang memimpin pada 1812-1837. 

 

Penulis : al
Editor   :