Presiden Jokowi dan Wapres Maaruf Amin, Rabu (23/10) di pelataran Istana Negara mengumumkan nama-nama menteri di Kabinet Kerja II. Dengan mengenakan busana batik dan lesehan, Jokowi dan Maaruf Amin memperkenalkan satu persatu menteri yang akan membantu kerjanya di masa jabatan kedua.
Sontak pengumuman dan pelantikan anggota kabinet tersebut mendapatkan reaksi beragam. Sejumlah nama baru memang masuk ke kabinet tersebut. Sebut saja mantan bos Gojek Nadiem Makarim yang menduduki jabatan Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi. Juga mantan Kapolri Tito Karnavian yang menjabat sebagai Mendagri. Belum lama mantan rival Jokowi di Pilpres yaitu Prabowo Subianto yang bersedia menduduki jabatan Menteri Pertahanan.
Sesaat setelah nama menteri diumumkan dikabarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berwarna merah. Ada pula yang mengatakan nama nama yang masuk ke kabinet tidak memenuhi ekspektasi publik. Pro dan kontra memang wajar adanya. Ini dinamika demokrasi.
Sebagian nama yang dianggap moncer di masa kabinet sebelumnya tak masuk lagi ke kabinet kali ini. Sebut saja nama Menteri Kelautan dan Perikanan Susy Pujiastuti. Padahal public mengagggap kerjanya menteri yang satu ini moncer. Dia dikenal dengan aksi memberantas pencurian ikan di laut Indonesia.
Kini kabinet sudah dilantik. Penentuan nama-nama menteri merupakan hak prerogratif Jokowi. Karena menteri adalah pembantu presiden. Kita melihat kabinet ini merupakan kabinet kombinasi antara kaum professional dan perwakilan dari parpol pengusung Jokowi di Pilpres 2019. Ditambah masuknya Gerindra yang mendapatkan jatah dua menteri melalui Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Edy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Jokowi di masa jabatan yang keduanya mendapatkan dukungan politik yang kuat di DPR. Pasalnya 74,26 persen kursi DPR dikuasai parpol pendukung Jokowi. Di luar itu tersisa tiga parpol masing-masing PAN, PKS dan Partai Demokrat yang tidak masuk dalam koalisi. Tiga parpol ini juga tidak memiliki wakil di kabinet Jokowi.
Ini menjadi modal bagi Jokowi untuk menjalankan tugas sebagai presiden bersama Wapres Maaruf Amin dengan fokus. Artinya mereka akan mendapatkan dukungan penuh dari parlemen. Sementara di jajaran kabinet, Jokowi memiliki pembantu sebagai menteri yang juga merupakan orang orang pilihan.
Banyak tantangan yang ada di depan mata bagi Jokowi dan Maaruf Amin. Persoalan perekonomian, penegakan hukum dan HAM serta pemberantasan korupsi menjadi tugas yang harus dituntaskan. Dalam pidatonya usai melantik menterinya, Jokowi menyampaikan mengenai sejumlah prioritas di masa jabatan keduanya.
Masing-masing pengembangan sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. Ini yang juga harus ditindaklanjuti oleh menter-menterinya. Mereka harus mengimplementasikan visi dan misi presiden dalam konsep dan rencana kerja mereka.
Banyak tantangan di depan mata. Masyarakat menunggu dan berharap banyak. Ini menjadi bagian tugas menteri di Kabinet Kerja Kedua. Apalagi Jokowi juga mentargetkan tahun 2045 mendatang Indonesia menjadi negara maju. Selamat bekerja, selamat menjawab tantangan.
Penulis : Joko Santoso
Editor : edt