WONOSOBO, WAWASANCO- Api yang membakar kawasan hutan lindung di lereng Gunung Sumbing di Petak 29-1 dan Petak 29-2 RPH Kleseman Desa Banyumudal Kecamatan Sapuran BKPH Wonosobo KPH Kedu Utara, sejak Minggu (27/10), berhasil dipadamkan tim gabungan Selasa (29/10) malam.
Hingga, Rabu (30/10) pagi, titik api di lereng Gunung Sumbing sudah tidak kelihatan lagi. Tim gabungan yang berhasil memadamkan api berasal dari unsur TNI-Polri, personil Perhutani, Tim SAR, Relawan BPBD, anggota Satlinmas dan warga Desa Banyumudal Sapuran.
Selain membakar kawasan hutan di lereng Gunung Sumbing di Desa Banyumudal Kecamatan Sapuran api juga sempat merembet ke lahan hutan yang masuk di wilayah Desa Kwadungan Kecamatan Kalikajar. Dua desa lain kecamatan tersebut memang saling berbatasan.
Guna memadamkan api agar tak sampai meluas ke lahan hutan lainnya Kapolres Wonosobo AKBP Abdul Waras SIK mengerahkan puluhan personilnya untuk mendaki Gunung Sumbing guna mematikan api yang terus membara. Pemadaman api dilakukan secara manual.
"Anggota kepolisian bersama personil TNI, petugas Perhutani, Tim SAR, relawan BPBD, Satlinmas dan warga setempat bahu membahu memadamkan api. Pemadaman dilakukan dengan cara menyabet api dengan menggunakan ranting dan daun hijau di titik api," katanya.
Meski menggunakan cara tradisional dan manual, tambah Kapolres, berkat kesigapan tim gabungan api yang semula membara lambat laun bisa dipadamkan. Angin kencang dan kabut di sekitar lereng Gunung Sumbing sempat mengganggu jalannya upaya pemadaman api.
Hadapi Kendala
Danramil 08/Sapuran Kapten Inf Sukriadi menambahkan selain terkendala angin kencang dan kabut tebal, banyaknya pohon tumbang akibat diterjang angin ribut beberapa waktu lalu juga menyulitkan tim gabungan untuk menuju lokasi titik api.
"Sebelum sampai ke tempat kejadian perkara (TKP) petugas harus memotong dahan dan ranting pohon tumbang yang menghalangi jalan menuju lokasi hutan yang terbakar. Setelah pohon penghalang baru tim gabungan bisa mencapai lokasi yang dituju," ungkapnya.
Upaya pemadaman api, tambahnya, dilakukan sore hingga malam hari. Siang hari hanya dilakukan pemantauan dari radius 100 meteran karena suasana yang sangat panas. Petugas pemadam harus ekstra hati-hati karena lokasi lahan yang terbakar lereng dan tebing.
"Jumlah personil yang sangat terbatas tidak sebanding dengan lahan terbakar sehingga menjadi kendala tersendiri. Selain melakukan pemadaman dengan mematikan api yang ada, tim gabungan juga memutus jalur api pada lahan yang belum terbakar," sebutnya.
Menurut Kapten Inf Sukriadi, pemutusan jalur api tersebut terpaksa ditempuh agar api tidak semakin meluas. Ranting dan pohon yang masih utuh dibabat, disingkirkan dan diurug dengan tanah agar api tidak terus menjalar ke lahan di sebelahnya.
"Selama proses pemadaman api, tim gabungan yang berada di titik berbeda selalu melakukan koordinasi. Relawan yang berada di lapangan bertugas secara bergantian. Karena lahan yang terbakar sangat luas tim gabungan pun terus bertambah," ujarnya.
Penulis :
Editor : jks