Politik Indonesia seperti tak ada habisnya menampilkan cerita cerita baru. Ibarat sebuah pertunjukan, lakon yang muncul sambung menyambung tak pernah usai. Pasca Pilpres, setelah presiden Jokowi dan Wapres dilantik, setelah Kabinet Indonesia Maju dilantik.
Terakhir, manuver politik yang dilakukan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) begitu mengejutkan. Ketua Umum Nasdem Surya Paloh melakukan silaturahmi ke jajaran pengurus Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Paloh diterima langsung oleh Ketua Umum PKS Sohibul Iman.
Yang menarik pertemuan yang diwarnai aksi pelukan mesra Paloh ke Sohibul itu menjadi bahan pembicaraan. Bahkan Presiden Jokowi dengan nada bercanda saat memberikan sambutan di perhelatan Ulang Tahun Partai Golkar di Jakarta pekan lalu menyampaikan bahwa Surya Paloh yang di acara tersebut juga hadir-sangat cerah. Jokowi mengatakan dia tidak tahu makna pelukan Paloh ke Sohibul. “Tapi saya minta penjelasan karena Nasdem masuk masuk bagian koalisi saya,” kata Jokowi kala itu.
Tak mau kalah, Surya Paloh saat Pembukaan Kongres Nasdem di Jakarta Jumat (8/11) juga memberikan komentar. Dia heran ketika rangkulannya ke Sohibul Iman dimaknai macam-macam. Namun apa yang dilakukan Nasdem ini bukan tanpa sebab.
Ditengarai Nasdem mulai tidak nyaman saat Partai Gerindra pasca Pilpres mulai merapat ke kubu Jokowi. Kita tahu Nasdem merupakan salah satu penyokong Jokowi sejak Pilpres 2014. Bahkan Paloh bersama Nasdem secara tegas mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasdem itu tanpa konsensi apapun. Artinya Nasdem tak mengharapkan balasan apapun atas dukungannya tersebut.
Namun politik Indonesia memang sangat dinamis. Salah satu contohnya adalah berlabuhnya kubu Prabowo ke Jokowi menjelang pengumuman kabinet. Hebatnya Partai Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo bahkan mendapatkan dua kursi kabinet.
Nasdem sebenarnya juga masuk bagian Koalisi Jokowi. Namun entah mengapa tiba-tiba Nasdem bersama Surya Paloh melakukan manuver politik. Paloh menemui parpol diluar koalisi Jokowi. Bahkan rencananya Paloh bersama Nasdem akan kembali melakukan safari mendekati Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.
Politik Indonesia memang sangat dinamis. Banyak dugaan muncul terkait manuver Nasdem tersebut. Yang paling mutakhir adalah mengaitkannya dengan persaingan di Pemilu 2024. Ini yang membuat kita menghela nafas. Sepertinya politik Indonesia identik dengan perebutan untuk meraih kekuasaan saja.
Pemilu 2019 sebagai Pemilu yang sangat keras baru saja berakhir. Jokowi dan Wapres Maaruf Amin baru saja memulai untuk bekerja. Namun parpol parpol baik itu yang masuk di koalisi maupun yang berada di luar koalisi sudah mulai ancang-ancang. Mereka seakan ingin berlomba dan mempersiapkan diri untuk bertarung di Pemilu 2024.
Dinamika politik pasca Pilpres memang sangat dinamis. Namun kita mengharapkan para politisi tak hanya berpikir soal berkuasa dan meraih kekuasaan saja. Tapi bagaimana upaya membangun Indonesia serta mensejahterakan masyarakat. Itu yang juga mereka sampaikan saat kampanye di Pemilu 2019. Jadi manuver politik itu boleh, tapi jangan lupakan janji politik ke rakyat.
Penulis : Joko Santoso
Editor : edt