MAGELANG, WAWASANCO - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), membangun Sabo Dam di hulu sungai Gunung Merapi di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Magelang, yakni Kecamatan Dukun, Srumbung dan Sawangan. Pembangunan Sabo Dam terebut, selain untuk mengantisipasi banjir lahar dari Gunung Merapi, juga untuk pengairan irigasi pertanian.
“Tahun 2020 ini, ada tiga Sabo Dam dibangun, yakni Desa Dukun Kecamatan Dukun, Desa Nglumut, Kecamatan Srumbung dan Desa Kabpuhan Kecamatan Sawangan,” kata anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Ir Sudjadi pada sosialisasi yang dilakukan secara virtual, di Balai Desa Progowanan, Kecamatan Sawangan, Magelang, Kamis (10/9-2020).
Sebelum dimulai pembangunan Sabo Dam sepanjang sekitar 100 meter di aliran Kali Pabelan di Desa Progowanan, Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, terlebih dahulu dilakukan Sosialisasi Pra Pelaksanaan Pekerjaan Construction of Urgent Sabo Facilities in Magelang Regency, oleh anggota Komisi V DPR RI, Ir Sudjadi yang dilakukan secara virtual.
Sosialisasi secara virtual, dihadiri Camat Sawangan, Syehabidin, Kapolsek, Danramil serta para kepada desa, termasuk Kades Progowanan, Sugiyono, serta masyarakat sekitar, serta Kepala PPK Pengendalian Lahar Gunung Merapi, dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Muhammad Fahrurrozi.
Dikatakan Sudjadi, dana untuk pembangunan Sabo Dam di aliran Kali Pabelan, sebesar Rp 18,5 miliar. Sedangkan Sabo Dam di Kecamatan Dukun sebesar Rp 15 miliar, dan Sabo Dam di Kecamatan Srumbung sebesar Rp 13 miliar. “Untuk pembangunan Sabo Dam di Kecamatan Dukun dan Srumbung, sudah berlangsung. Sedang Sabo Dam di Kecamatan Sawangan, baru dimulai,” katanya.
Kepala PPK Pengendalian Lahar Gunung Merapi, BBWSSO, Muhammad Fahrurrozi menjelaskan, Sabo Dam dibangun untuk menahan dan mengurangi kecepatan aliran lahar yang membawa material vulkanik, sekaligus meminimalisir risiko bencana banjir lahar di hilir Sungai Pabelan.
Menurut Fahrurrozi, pembangunan Sabo Dam di Kali Pabelan, selain untuk pengairan, juga berfungsi untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar Gunung Merapi. "Kalau bendungan menahan air, sedangkan Sabo Dam menahan pasir dan batu sementara airnya tetap bisa lewat," katanya.
Sabo Dam Kali Pabelan, merupakan bendung yang digunakan untuk menampung aliran sedimen atau aliran debris di sungai yang menjadi arah aliran erupsi Gunung Merapi. Konstruksi sabo dibangun dengan masa pelaksanaan 113 hari, dari 9 September – 31 Desember 2020, atau masa pemeliharaan 360 hari.
Sedangkan pelaksana pembangunan oleh PT Arena Reka Buana Yogyakarta, dengan konsultan PT Yachiyo Engginering Co.Ltd dari Jepang. “Pembangunan satu unit sabo dam di Kali Pabelan ini, akibat kerusakan pasca erupsi 2010, banjir lahar dingin mengakibatkan rusaknya beberapa infastruktur diantaranya adalah Sabo Dam, Jembatan dan Jalan Nasional yang menghubungkan DI. Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah,” ujarnya.
Gunung Merapi, adalah merupakan salah satu Gunung Api teraktif di Indonesia. Kejadian letusan terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 5 Nopember 2010. Pada letusan terakhir, Gunung Merapi memuntahkan endapan material padat mulai yang berbentuk batu berukuran besar sampai dengan material pasir kurang lebih sejumlah 140 juta m³ di puncak Gunung Merapi dan sekitarnya.
Bersamaan dengan turunnya hujan, material endapan tersebut mengalir ke hilir dalam bentuk lahar dingin ke 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Salah satu sungai, adalah Kali Pabelan. Guna menanggulangi hal tersebut, Kementerian PUPR melalui BBWS Serayu Opak melaksanakan Pekerjaan Pembangunan Sabo Dam Kali Pabelan Kabupaten Magelang.
Fungsi dari bangunan Sabo Dam adalah untuk pengendali banjir lahar dengan mereduksi kecepatan banjir, menampung sebagian material sehingga dapat mengurangi bencana akibat banjir lahar. Review Master Plan Sabo Dam Di Gunung Merapi Tahun 2017 oleh Yachiyo Engginering Consultant, atas sulan Kepala Desa Krogowanan pada Rapat Aspirasi Masyarkat oleh Ir. Sudjadi Komisi V DPR-RI tanggal 25 Maret 2019.
Penulis : as
Editor : edt