KENDAL, WAWASANCO- Ungkapan rasa syukur bisa diwujudkan dengan banyak cara. Bagi warga kawasan pesisir di Jawa, ungkapan syukur atas hasil tangkapan melaut biasanya diwujudkan dengan sadranan atau sedekah laut yang dilaksanakan saat pergantian musim.
Biasanya sedekah laut dilakukan dengan melarung sesaji, yang berisi jajanan pasar, kepala hewan, dan buah-buahan.
Seperti yang dilakukan warga Kelurahan Bandengan, Kecamatan Kota Kendal yang tetap menjaga tradisi ini hingga sekarang.
Ratusan nelayan setempat melaksanakan kegiatan Gelar Budaya Sadranan Sedekah Laut dan Sedekah Bumi di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Bandengan, Jumat (11/9).
Meski berbeda dengan pelaksanaan tahun sebelumnya, kegiatan tetap diawali dengan mengarak miniatur perahu berisi sesaji yang akan dilarung ke laut.
Sebelum dilarung, miniatur perahu itu diarak sekitar 1 kilometer, dari TPI Bandengan menuju Makam Mbah Jenggot dan Mbah Rancang dan kembali ke sungat di tepi TPI. Selanjutnya dibawa menggunakan perahu untuk dilarung ke laut.
Menurut panitia penyelenggara, Ahmadi, kegiatan sadranan dan sedekah laut tersebut merupakan tradisi setiap tahun yang diadakan di wilayah pesisir Pantura Kendal.
Dirinya tidak tahu persis kapan pertama kali tradisi ini dilakukan warga setempat. Namun sebagai nelayan yang ingin tetap menjaga tradisi, masyarakat Bandengan Kendal tetap melaksanakan hingga sekarang.
“Sadranan ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat dengan harapan terus diberi rizki yang melimpah, baik dari hasil bumi maupun dari laut,” ujarnya.
Dikatakan oleh Ahmadi, kegiatan tahun ini berbeda tahun sebelumnya. Karena kondisi di masa pandemi Covid-19.
“Makanya tahun ini kami batasi untuk karnaval dan kegiatan seni yang banyak mengumpulkan masa,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu nelayan yang juga sebagai ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Bandengan, Kamdi mengatakan, selain sadranan dan sedekah laut, tradisi lain yang juga dilaksanakan yaitu berziarah ke makam Mbah Jenggot dan Mbah Rancang.
Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan dengan mendoakan kepada kedua sesepuh yang berjasa membangun kawasan Bandengan.
“Intinya acara ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur, karena dengan banyak bersyukur dan bersedekah, insya-Allah rizki akan terus melimpah.” ungkapnya.
Kamdi mengaku, mengerti sejarah dari orang tua dan sudah turun temurun di masyarakat Bandengan.
“Dari cerita sejarah turun-temurun masyarakat Bandengan, Mbah Jenggot dipercaya sebagai tokoh nelayan dan Mbah Rancang dipercaya sebagai tokoh yang merancang atau membuka kawasan Bandengan,” jelas Kamdi.
Sementara itu, Lurah Bandengan, Sutarjo mengatakan, tradisi sadranan ini memang tiap tahun dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Bandengan.
“Sebagai ungkapan rasa syukur atas rizki dan hasil tangkapan ikan dari laut, makanya warga menyelenggarakan kegiatan ini," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sutarjo juga mengimbau kepada masyarakat kelurahan Bandengan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, sesuai perbup 56 tahun 2020.
"Saya juga mengimbau kepada masyarakat, agar tetap memaruhi protokol kesehatan dan membatasi kegiatan yang mendatangkan kerumunan, seperti orgen tunggal, dangdutan dan lain-lain,” pesan Sutarjo.(
Penulis : Hanief
Editor : jks