Kerusakan Hutan Berdampak Terhadap Kelestarian Sungai di Purbalingga


Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda menggelar Diskusi Konservasi Sungai dengan tema ‘Kali Ilang Kedunge’, Road to Ekspedisi Sisik Naga Rabu (14/10

PURBALINGGA, WAWASANCO- Kerusakan wilayan hutan di Kabupaten Purbalingga membawa dampak terhadap kelestarian sungai. Pasalnya kondisi tersebut ditengarai jadi biang keladi  terhadap pendangkalan sungai.

“Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Purbalingga diindikasikan sudah mengalami kerusakan yang sangat serius. Salah satu penyebabnya adalah rusaknya hutan yang ada di hulu sungai tersebut. Saat ini Sungai semakin dangkal. Sekarang ini gampang banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau” ujar Taufik Katamso, sesepuh Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda dalam acara Road to Ekspedisi Sisik Naga : Diskusi Konservasi Sungai dengan tema ‘Kali Ilang Kedunge’, , di Warung DPR, Rabu (14/10).

Acara yang diselenggarakan PPA Gasda bekerjasama dengan Forum Purbalingga bersih itu tersebut juga disiarkan secara live di media sosial serta webinar melalui aplikasi zoom. Taufik menambahkan kerusakan sungai juga menjadi ancaman bagi tersedianya air persih dan terganggunya pasokan air bagi pertanian, peternakan dan sektor lainnya. “Ini jika dinilai secara ekonomi sangat besar dan berdampak bagi semua orang sehingga konservasi sungai dan pelestarian alam harus menjadi perhatian bersama,” tegasnya.

Pegiat Mancing Mania Purbalingga (MMP) Agus Ardiatmaja menegaskan sungai-sungai di Purbalingga memang dalam kondisi memprihatinkan. Ia yang sejak kecil sudah menjelajahi sungai-sungai di Purbalingga menyebutkan perbedaan kondisi sungai yang sangat jauh dan semakin rusak dari tahun ke tahun.“Dulu sangat mudah menjumpai ikan-ikan di semua sungai di Purbalingga. Kedung-kedung (jeram) sungai sangat dalam dan menjadi rumah berbagai macam ikan. Kini orang njala dan mancing lebih banyak boncosnya,” ujar Agus.

Agus menyebutkan kerusakan sungai, selain disebabkan karena kerusakan hutan juga akibat praktek galian C dan penyedotan pasir yang masif, alih fungsi lahan juga pembangunan tak ramah lingkungan. “Sekarang kedung sudah banyak yang rata, sudah seperti ramalan Jayabaya, ‘kali ilang kedunge’,” ujarnya.

Kerusakan sungai selain menyebabkan bencana alam seperti banjir dan kekeringan juga menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati, terutama ikan dan biota sungai. Selain itu juga ada praktek-praktek penangkapan ikan yang justru merusak alam seperti setrum listrik, penebaran potas dan lainnya.

Sementara itu, Kris Hartoyo Yahya, pegiat Forum Purbalingga Bersih menambahkan upaya konservasi sungai harus menjadi perhatian bersama. Menurut Tokoh Tionghoa Purbalingga itu kelestarian sungai mempengaruhi hajat hidup orang banyak. “Harus ada tindak lanjut dari diskusi ini, action yang nyata untuk melestarikan sungai-sungai di Purbalingga,” katanya.

 

Kemudian, Heri Kusnanto, expert muda KSDH Perhutani Banyumas Timur menyebutkan bahwa kawasan hulu sungai di Purbalingga berstatus sebagai hutan lindung. Perhutani melakukan berbagai daya upaya untuk melestarikan kawasan hutan, diantaranya dengan melakukan penghijauan.

Selain itu, perhutani juga mengurangi tekanan terhadap hutan dengan melibatkan masyarakat dalam konsep perhutanan sosial yang mengkombinasikan pelestarian hutan dan pemberdayaan.

Ketua panitia  Ekspedisi Sisik Naga Gunanto Eko Saputro menyampaikan  Kabupaten Purbalingga masih memiliki kawasan hutan alam yang masih tersisa. Area tersebut ada di wilayah yang disebut dengan Zona Serayu Utara yang saat ini dibawah pengelolaan Perum Perhutani.

Wilayah tersebut membentang di utara Purbalingga dari Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Topografinya berbukit-bukit dan jika dilihat melalui google earth tampak seperti sisik-sisik naga sehingga disebut dengan ‘Pegunungan Sisik Naga’

“ PPA Gasda bekerjasama dengan komunitas pecinta alam Purbalingga akan melakukan sebuah ekspedisi untuk meneliti, mendata dan mendokumentasikan kekayaan alam di Pegunungan Sisik Naga. Kegiatan utama Ekspedisi Sisik Naga akan dilaksanakan pada 24-28 Oktober 2020,” tuturnya.

Penulis : Joko Santoso
Editor   : edt