Susuk Wangan, Tradisi Warga Grantung Mengawali Musim Tanam


Warga Desa Grantung Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga melakukan kerja bhakti yang dikenal dengan istilah “:Susuk Wangan”. Kegiatan membersihkan saluran irigasi ini dilakukan mengawali musim tanam. (Foto :Istimewa).

PURBALINGGA,WAWASANCO- Warga Desa Grantung,Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga memiliki tradisi khusus untuk mengawali masa tanam. Mereka biasanya bergotong royong melakukan susuk wangan.

“Susuk wangan adalah kegiatan melakukan pembersihan saluran irigasi dari material yang menghambat laju air. Pembersihan saluran irigasi dari endapan lumpur, batu-batuan atau material lainnya seperti kayu, plastik dan lain-lain yang terbawa air," kata Kepala Desa Grantung, Karyono, Sabtu (9/1).

Saluran irigasi ini mempunyai panjang sekitar 1.200 meter yang mengairi sawah kurang lebih sekitar 126 hektar. Menurutnya, 90 persen sawah ditanami dengan padi sisanya untuk perikanan dan tanaman hortikultura lainnya. "Kegiatan ini sendiri diikuti kurang lebih 500 warga Grantung," ujarnya.

Sejak dua  tahun kepemimpinan Karyono ada berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menggenjot agar produksi pertanian meningkat. Diantaranya, melakukan pemburuan babi hutan, gropyokan tikus serta perbaikan saluran irigasi.
 "Ada lima permasalahan pertanian yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas," terang Karyono.

Hal yang harus diperhatikan yaknj ketersediaan pupuk, pengairan, penanaman serempak, pengadaan peralatan dan pemberantasan hama. Apabila kelima permasalahan dapat diatasi dengan baik maka panen bisa meningkatkan.

”Kami mempunyai target satu hektar lahan bisa menghasilkan padi kurang lebih 5-6 ton," tuturnya.

Untuk itu Pemerintah Desa (Pemdes)  Grantung memohon dukungan dari Pemkab Purbalingga khususnya untuk perbaikan saluran irigasi, yang ambrol pada tahun 2019 yang sampai sekarang belum diperbaiki. Untuk mengairi sementara Pemdes setempat melakukan swadaya untuk membuat bronjong yang terbuat dari bambu.

"Dan kami telah melakukan pembersihan saluran irigasi dari material banjir yang menutupi saluran kurang lebih dengan kedalaman 1,5 meter," ungkap Karyono.

Selain pembersihan saluran irigasi, Karyono juga melakukan penghijauan sekitar tangkapan air dengan berbagai pohon seperti pohon Trembesi, Flamboyan, Loa, Kamboja dan Cemara. Pembibitan dilakukan secara mandiri maupun pemberian dari dinas terkait.

"Ada kurang lebih 50 pohon Loa yang telah ditanam disekitar tangkapan air," terangnya.

Pohon Loa menurut Karyono secara pengakaran lebih baik dibandingkan pohon beringin. Selain rimbun akar pohon Loa lebih kuat dibandingkan penggunaan bronjong sebagai pengaman Daerah Aliran Sungai (DAS).

”Tahun lalu kami mendapatkan bibit pohon sebanyak 200 batang, yang telah kami tanam di seluruh lahan di desa Grantung,” pungkas Karyono.

Penulis : Joko Santoso
Editor   : edt