
Kabag Penum Div Humas Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan didampingi Kapolres Demak AKBP Andhika Bayu Additama pada acara silaturahmi dan diskusi tentang kontra radikalisme di Ponpes Langgar Wali Jogoloyo.
DEMAK, WAWASANCO-Kembali menyeruaknya aksi terorisme di negeri ini sungguh memprihatinkan. Terlebih ketika tak sedikit generasi muda terlibat di dalamnya, menjadikan Polri meningkatkan pengawasan pada penyebaran faham radikal, khususnya yang dicurigai menyasar kelompok milenial.
Sehubungan itu jajaran Polri pun menggandeng ulama untuk diajak blusukan ke pondok pesantren menangkal aksi terorisme melalui program kontra radikalisme. Seperti dilaksanakan Div Humas Mabes Polri, yang menggelar kegiatan Silaturahmi dan Diskusi Kontra Radikalisme di Pondok Pesantren Langgar Wali Jogoloyo Demak, dengan menghadirkan Muhammad Najih Arromadloni, pengurus MUI pusat sebagai narasumber, Kamis (22/4).
Kepada pengelola ponpes juga perwakilan santri, Kabag Penum Div Humas Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan didampingi Kapolres Demak AKBP Andhika Bayu Additama menjelaskan, radikalisme sebagai bibit aksi terorisme harus dilawan bersama. Sebab Polri tidak bisa kerja sendiri.
"Maka itu perlu ada dukungan dari segenap elemen masyarakat, termasuk di dalamnya tokoh agama, juga pemimpin ponpes serta stake holder terkait seperti kalangan akademisi," ujarnya.
Terlebih ketika masyarakat dan aparatnya lengah, sel-sel radikalisme akan cepat menyebar. Generasi muda atau kelompok milenial lah menjadi sasarannya, yang sengaja direkrut untuk menjadi pelaku terorisme.
Program kontra radikalisme dimaksudkan untuk membentengi sekaligus mempertahankan diri dari ancaman masuknya faham radikal ke masyarakat. Ketika telah memahaminya, doktrin radikalisme tidak akan mudah masuk pada masyarakat.
Di sisi lain, lanjutnya, kelompok terorisme di Indonesia masuk melalui jalur pendidikan termasuk pondok pesantren. Itu sebabnya penting menggandeng kalangan akademisi, ulama dan pesantren, bahkan tokoh pemuda untuk melanjutkan materi kontra radikalisme kepada generasi muda.
Sementara itu, M Najih yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Suriah mengungkapkan, saat ini Radikalisme sudah masuk kelompok remaja. Parahnya, mereka melakukan bom bunuh diri dan menganggapnya sebagai sebuah perjuangan jihad bisabilillah.
Sehingga yang perlu diwaspadai, lanjutnya, radikal itu seperti sel yang tidur. Ketika masyarakat dan aparat lengah dia akan menjalar ke mana-mana.
"Maka pondok pesantren NU dengan akidah ahlusunah wal jamaah mestinya dapat menjadi vaksin, laiknya vaksin di masa pandemi covid-19 ini. Sebab faham Wahabi selalu melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. Mereka tak segan menfitnah, mengkafirkan, bahkan membunuh sesama umat Islam dengan dalih jihad," urainya.
Disebutkan pula, Islam dan nasionalisme bukan untuk dipertentangkan. Islam dan nasionalisme adalah dua kutub yang saling melengkapi. Agama itu pondasi, dan negara itu bangunannya. "Mari bersama menjaga lingkungan kita dari ideologi yang ektrim dan radikal. Sebab membela negara sama dengan membela agama," tandasnya.
Penulis : ssj
Editor : edt