Film Tentang Lengger Lanang Karya Pelajar Banjarnegara Jadi Film Terbaik FFP 2021


Malam penganugerahan Festival Film Purbalingga (FFP) Tahun 2021 digelar secara daring, Sabtu (28/8/2021) malam. Film berjudul “Lanang” karya sutradara Yustika Indah Pratiwi produksi Sinematosaka SMA Negeri Karangkobar Banjarnegara berhasil menjadi film fiksi terbaik. (Foto :Dok CLC)

PURBALINGGA WAWASANCO- Film berjudul “Lanang” karya sutradara Yustika Indah Pratiwi produksi Sinematosaka SMA Negeri Karangkobar Banjarnegara   berhasil  menjadi film fiksi terbaik di Festival Film Purbalingga (FFP) tahun 2021. Film tersebut mengangkat tema tentang lengger lanang.

“ Film ini menceritakan sosok Lingga seorang anak laki-laki yang mencintai budaya lenggger lanang. Suatu saat Lingga merasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi pada lengger lanang saat ini, tapi dia tetap mempertahankan budaya itu walaupun mendapatkan berbagai macam omongan orang tentangnya,” kata Yustika, di sela-sela Malam Penganugerahan FFP tahun 2021 yang digelar secara daring, Sabtu (28/8/2021).

Sementara itu dua film karya pelajar dari Banjarnegara   yaitu film “Nggolet Dewek”  produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purworejo Klampok, Banjarnegara menyabet penghargaan khusus dewan juri fiksi. Selain itu film “Seperti Mimpi” sutradara Erika Hartini produksi DN Film’s SMK Darunnajah Banjarmangu, Banjarnegara sebagai film dokumenter terbaik.

Pada penghargaan film fiksi favorit penonton, diraih “Cap Jempol” sutradara Nabila Nur Fajrin produksi Brankas Film SMA Negeri 2 Purbalingga, sementara “Sineas Daerah” sutradara Salsa Nurlaini produksi Candradimuka Production SMK Negeri Gombong, Kebumen sebagai film dokumenter favorit penonton.

Dewan juri fiksi yang terdiri dari Benny Benke (jurnalis), Ismail Basbeth (sutradara), dan Teguh Trianton (akademisi) menilai, hampir keenam nominasi kompetisi film fiksi seragam atau tipikal, meski bukan sesuatu yang mengecewakan. “Film terbaik dinilai karena pembuat film berani mengangkat ideom penari lengger laki-laki yang menstigmanya tidak mudah ditanggungkan,” ujar Benny Benke.

Sementara dewan juri dokumenter, yaitu Chairun Nissa (sutradara), Mohammad Akbar (jurnalis), dan Muhammad Taufiqurrohaman (akademisi) menganggap, pembuat film pelajar perlu memperkaya teknik bercerita dan meningkatkan kualitas riset. “Kami menilai, film dokumenter terbaik karena berhasil lepas dari jebakan narasi ‘kasihan-mengasihani’ dengan mengangkat kelebihan dan kekuatan subyek,” tutur Chairun Nissa yang akrab disapa Ilun.

Direktur FFP Bowo Leksono menambahkan, FFP  yang merupakan program tahunan Cinema Lovers Community (CLC)  CLC Purbalingga, tahun ini memberikan penghargaan Lintang Kemukus bagi seniman atau maestro seni tradisi kepada Ismail Marzuki, pelawak yang kini tinggal di Desa Selagaggeng, Kecamatan Mrebet Purbalingga.

Pada Lintang Kemukus modern dianugerahkan kepada almarhum Achmad Basirun, perupa kawakan aseli Purbalingga yang menorehkan karyanya lewat beragam media, selain kanvas, juga kertas, harbot, tembok, dengan cat minyak, air, pensil, arang, dan lainnya.

 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah Mukhlis Husein, S.Ag memberikan apresiasi kepada pelajar dan Festival Film Purbalingga yang konsisten dalam menggelar festival. “Meski dimasa pandemi, namun tetap menunjukan eksistensinya,” tutur anggota dewan asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang malam itu turut hadir.

Penulis : Joko Santoso
Editor   : edt