SEMARANG, WAWASANCO – Gelombang kedua kasus Covid-19 yang pernah melanda pertengahan tahun lalu, diharapkan menjadi pelajaran penting yang tidak boleh terulang. Karenanya, masyarakat diminta tidak abai menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi gelombang ketiga Covid-19.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Wahyu Setianingsih, saat membuka Fasilitasi Implementasi Kebijakan Germas Tingkat Provinsi, di Balairung UPGRIS, Jalan Gajah Raya, Rabu (6/10/2021).
Diakui, pandemi Covid-19 sudah berlangsung lama, lebih dari 19 bulan. Kondisi tersebut membuat masyarakat lelah dan bosan. Terlebih, dengan dampak perekonomian yang dialami. Namun, kondisi tersebut jangan membuat masyarakat abai menerapkan protokol kesehatan.
“Kita kapok menghadapi gelombang dua (Covid-19), di mana rumah sakit penuh, bahkan menambah tenda (pelayanan), antrean di IGD 50-60 orang. Ada juga yang tidak kebagian tempat. Agar suasana mencekam ini tidak terjadi lagi, terus lakukan protokol kesehatan meskipun kasus mulai melandai,” tegas Wahyu.
Untuk itu, dia meminta warga bersabar, meskipun kondisi saat ini masih memberatkan. Tunggu kekebalan kelompok atau herd immunity terbentuk, dengan vaksinasi yang melebihi 70 persen.
Wahyu menambahkan, deteksi dini penyakit tidak menular mesti terus dilakukan. Sehingga dapat menekan komorbid pemberat pada Covid-19, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan sebagainya, melalui pola hidup bersih sehat (PHBS) dengan Germas.
Ketua Tim Ahli Satgas Covid Jawa Tengah Anung Sugihantono menambahkan, saat ini kabupaten/ kota di provinsi ini sudah masuk PPKM level 2 dan 3. Namun, dia memprediksi hingga awal Januari 2022 mendatang kasus Covid-19 masih ada. Penyebabnya, vaksinasi belum tuntas dan sifat virus yang masih berubah-ubah.
“Masyarakat harus hati-hati, tapi tidak paranoid. Sebab, Covid-19 belum bisa diprediksi kapan berakhir. Yang jelas, masyarakat memastikan pencegahannya, terutama vaksinasi,” tegasnya.
Tak hanya itu, Anung juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan. Tidak sekadar sehat fisik, tapi juga mental, spiritual, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Caranya, dengan membiasakan hidup CERDIK, yakni cek kesehatan berkala, enyahkan asap, rutin berolahraga, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
“Usia Harapan Hidup masyarakat Jateng makin tinggi. Saat ini 73,6 tahun, tertinggi se-Indonesia. Tapi usia sehatnya 64 tahun, ataubdengan kata lain 10 tahun terakhir usia orang Jateng itu (mengalami) sakit, akibat perilaku di masa lalu. Ini harus diwaspadai,” katanya.
Ditambahkan, agar di usia lanjut orang tidak sakit, perlu dilakukan deteksi dini penyakit tidak menular (PTM). Kemudian, mengelola faktor risiko untuk mencegah kesakitan atau memperparah sakit yang dialami.
Karenanya, Anung mendorong upaya kesehatan berbasis masyarakat, salah satunya melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, untuk usia 15 tahun ke atas. Posbindu bisa diintentegrasikan dengan konsep Jogo Tonggo maupun Posyandu lansia.
Di Posbindu, bebernya, tidak hanya deteksi dini risiko PTM, tapi juga intervensi dini melalui edukasi perubahan gaya hidup sehat, dan melakukan monitoring. Bahkan jika diperlukan bisa melakukan rujukan dini untuk mengurangi risiko dan kecacatan.
Penulis : rls
Editor : edt