SEMARANG, WAWASANCO – PT. Marimas Putera Kencana (Marimas), sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman, pasti menggunakan kemasan plastik pada produk yang dihasilkannya.
“Kemasan plastik, saat ini menjadi satu-satunya bahan yang dapat melindungi produk dengan baik dan aman hingga produk tersebut sampai di tangan konsumen. Meski demikian, kita juga melihat imbasnya, jika plastik kemasan tersebut tidak dikelola dengan baik, akan menjadi sampah yang bisa menjadi persoalan lingkungan,” papar Lantip Waspodo selaku Humas Marimas , disela pembangunan taman ecobrick di lingkungan kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Sabtu (9/10/2021).
Hal tersebut yang mendorong pihaknya, berinovasi sekaligus mengedukasi masyarakat, terkait bagaimana mengelola sampah plastik kemasan tersebut, dengan cara sederhana, mudah sekaligus bermanfaat.
“Ditengah upaya tersebut, pada 2017 lalu, kita bertemu dengan Global Ecobrick Alliance (GEA) yang memberikan kami pelatihan sebagai trainer, tentang pemanfaatan limbah plastic menjadi ecobrick, yang kemudian kita sebarluaskan lagi terkait pemanfaatan ecobrick tersebut kepada masyarakat,” lanjutnya.
Sinergi pembuatan ecobrick tersebut, juga menggandeng beragam komunitas di berbagai kabupaten kota di Indonesia. Termasuk sinergi dengan DLH Semarang dalam pembuatan taman ecobrick.
“Taman Ecobrick ini juga merupakan salah satu bentuk tanggungjawab perusahaan Marimas. Sejak kita perkenalkan kepada masyarakat Semarang sejak 2017, kini kita bisa berbangga bahwa Kota Semarang dapat memanfaatkan plastik tidak terpakai menjadi ecobrick yang kemudian jadi sebuah Taman Ecobrick," tambah Lantip.
Kepala DLH Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono menjelaskan, taman ecobrick tersebut sebagai bagian dari upaya Pemkot Semarang dalam pengelolaan sampah plastik, termasuk upaya edukasi pelestarian lingkungan kepada masyarakat.
“Ecobrick berasal dari kata eco yang berarti ramah lingkungan dan brick yang berarti bata. Jadi Taman Ecobrick ini bentuk nyata ecobrick digunakan sebagai pengganti bata dan menjadi sebuah bangunan. Taman Ecobrick ini akan memanfaatkan 20.000 botol ecobrick yang dibuat oleh komunitas dan masyarakat Kota Semarang,” jelasnya.
Dijelaskan, satu botol ecobrick 600 mili liter, berisi 250 gram limbah plastik yang sudah tidak terpakai. “Lalu dikalikan 20.000 berarti kita menyelamatkan dan memanfaatkan 5 ton plastik" tegas Sapto.
Pihaknya pun akan terus mendorong terkait edukasi pengelolaan sampah plastik tersebut kepada masyarakat, termasuk melalui komunitas lingkungan dan bank sampah yang ada di Kota Semarang.
Sementara, Eko Gustini Pramukawati dari Proklim Purwokeling, yang memimpin pembuatan bangunan ecobrick menyampaikan bahwa bangunan ecobrick menggunakan bahan yang ramah lingkungan.
"Ecobrick ketika akan digunakan di luar ruang maka perlu dilapisi tanah liat, karena plastik jika terkena sinar matahari dapat mengeluarkan dioksin atau racun maka harus dilapisi tanah liat terlebih dahulu. Lapisan tanah liat ini terdiri dari campuran lempung, kotoran kerbau dan jerami,” tandas Eko.
Pembuatan bangunan ecobrick sesi kali ini melibatkan komunitas di Kota Semarang antara lain Komunitas Ecobrick Marimas, Proklim Purwokeling BPI, Bank Sampah Kota Semarang, Saka Kalpataru dan Tim KKN RDR Angkatan 77 Kelompok 43 UIN Walisongo.
Penulis : arr
Editor : edt