Tradisi Unik, Pengantin Pria Wajib Intimi Bibi Pengantin Wanita sebelum Menikah


LAIN LADANG lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Lain masyarakat, lain adat istiadatnya, berbeda suku, berbeda juga tradisinya. Itu jugalah yang memperkaya wawasan kita, menerima perbedaan, dan tak perlu menghakimi bahkan jika tidak sesuai dengan tradisi kita.

Nah, tradisi yang sangat unik ini dijaga suku Banyankole di Uganda. Di suku ini, wajib hukumnya untuk mengintimi bibi calon pengantin wanita, sesaat sebelum pengantin pria menikahi si wanita. Dan tradisi ini masih bertahan sampai sekarang.

Mengutip Guardian, perjodohan telah diatur di suku Banyankole sejak usia wanita 8-9 tahun. Dan yang mengatur semua itu adalah sang bibi. Bibi si wanitalah yang bertanggung jawab untuk mengajari si calon pengantin tentang segala hal menjadi perempuan dan istri, mulai masak, memperlakukan suami, dan mengatur rumah tangga.

Sejak si calon pengantin kecil, si bibi juga mengatur makanan dan minumannya. Gizi dan vitamin, termasuk asupan daging sapi, ayam, susu, dan jewawut agar tubuh si pengantin cepat berisi dan seksi. Oh ya, di Banyankole, perempuan yang subur dengan tubuh yang berisi dan padat, bukan tubuh lencir ala model, adalah bentuk ideal seorang perempuan.

Dan satu hal, si bibi akan menjaga, menanamkan norma dan segala aturan, agar si gadis ini dapat menjaga tubuhnya dan tetap perawan sampai dia menikah.

Keperawanan di suku Banyankole adalah hal utama. Jika masyarakat tahu ada calon pengantin yang tidak perawan, atau digerebek berzinah, maka hukuman berat pun dijatuhkan. Cuma dua hukuman, pertama digantung karena mempermalukan keluarga, dan kedua dibuang dari masyarakat, dikucilkan.

 

Mahar Mahal
Ketika usia si gadis sudah dianggap cukup, sekira 17 atau 18 tahun, si bibi akan menanyakan ke calon pengantin pria, kapan pernikahan akan dilakukan. Jika disepakati waktunya, maka si pengantin pria harus mempersiapkan banyak hal, sebelum prosesi pernikahan itu terjadi.

Untuk mahar, di suku ini biasanya harus disiapkan sekira 10 ekor sapi, atau kambing dengan nilai yang setara. Sandang juga disiapkan, juga berkerat-kerat bir, untuk pesta nanti.

Tugas si bibi adalah dia harus memeriksa dengan pasti keperawanan keponakannya, dan memberitahu ke keluarga pengantin lelaki. Dengan dasar bahwa si calon pengantin ini masih perawan, maka si bibi harus mengajarinya gaya atau tata cara berhubungan intim yang dapat menyenangkan pengantin pria.

Caranya? Ya sederhana, si bibi akan ‘’njajal’’ si pengantin pria, intim dengan pria keponakannya, dan memperlajari apa yang disukai si keponakan ipar, sekaligus memastikan agar dia kuat dan dapat menyenangkan keponakannya.

Dari interaksi intim inilah, nantinya si bibi akan memberitahukan kepada keponakannya apa saja yang harus dia lakukan saat intim dengan si pria.

Aneh dan lucu, ya?

Irvin, yang juga menjelaskan ini dalan instagramnya, mendapatkan ratusan komentar. Dan, sebagian tentu menyatakan tradisi itu tak adil bagi paman atau suami si bibi. Juga, bagaimana jika si bibi punya keponakan yang banyak, apakah dia harus ‘’najal’’ semua calon suami keponakannya? Ya tentu saja, si keponakan juga tidak punya satu bibi kan?

Adil atau tidak, tradisi itu masih bertahan hingga kini, dan pemeluk tradisi itulah yang paling tahu dan kita tak boleh menghakimiu. Guardian dan Irvin memang tak menjelaskan bagaimana dengan paman si keponakan atau suami si bibi, dan bagaimana jika si bibi telah renta dan tak lagi bisa berintim ria?

Penulis : Aulia A. Muhammad
Editor   : awl