Upaya Mencegah Penyakit Demam Berdarah Dengue, Tim Pengabdian Unnes Gelar Edukasi Ecohealth Mover Community


Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar kegiatan pengabdian di  Kelurahan Bandarharjo Semarang.

SEMARANG WAWASANCO - Sebagai upaya mewujudkan masyarakat penggerak ecohealth dalam mencegah demam berdarah dengue, tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar kegiatan pengabdian di  Kelurahan Bandarharjo Semarang.

Berkoordinasi dengan stake holder kelurahan, Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) dan kader di Kelurahan Bandarhajo, tim Pengabdian Unnes melakukan edukasi ecohealth mover community.

Tim Pengabdian Unnes tersebut diketuai oleh Nur Siyam, S.K.M., M.P.H. yang merupakan dosen di Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, dengan anggota Dr. Widya Hary Cahyati, S.K.M., M.Kes(Epid), Putri Tiara Rosha, S.K.M., M.P.H.

Mereka dibantu mahasiswa Latifa Hanan, Siwi Amru Nurrochmah, Ardhita Sholehawati, Rhanindra Aviana Y.S., Arnayla Nezza M., dengan tenaga kependidikan bapak Sungatno dan Alumni Niken Lestari, S.K.M.

Setelah berkoordinasi, kegiatan pengabdian dilakukan dengan memberikan edukasi kepada kader-kader kesehatan, untuk menjadi penggerak masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tercipta lingkungan yang bebas dari demam berdarah dengue. 

"Ecohealth mover community bertujuan, untuk mewujudkan masyarakat penggerak pencegahan dan pengendalian lingkungan yang ramah lingkungan terhadap penyakit DBD," papar Ketua Tim, Nur Siyam.

Pihaknya berharap, setelah kader-kader dilatih untuk melakukan pencegahan dan pengendalian DBD secara Ecohealth, mereka dapat mengajak serta masyarakat untuk aktif dalam pelaksanaan pengendalian DBD yang ramah lingkungan.

"Harapannya, kegiatan pencegahan DBD ini dapat dilakukan secara serentak, dilakukan seminggu sekali secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga tercipta masyarakat yang aktif dan tanggap lingkungan dalam pencegahan DBD," tandasnya.
 
Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan dan mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat, karena mereka menyadari pencegahan nyamuk Aedes aegypti, dengan cara pengendalian kimiawi dapat menimbulkan dampak yang kurang baik untuk lingkungan dan juga individu. 

Selain itu, pengendalian secara kimiawi dapat menimbulkan resisten pada nyamuk, dan menimbulkan pengeluaran (beban ekonomi) untuk pelaksanaannya. 

"Pencegahan kimiawi dapat menyebabkan rasa malas dan enggan menjaga lingkungan, sehingga dapat memungkinkan munculnya vector lain akibat sanitasi lingkungan yang kurang baik," lanjutnya.

Hasil edukasi ecohealth mover community tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, komitmen dan motivasi kader kesehatan untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD secara ramah lingkungan.
***

Penulis : rls
Editor   : edt