KLATEN WAWASANCO - Jamur tiram merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjanjikan, karena cepat panen dan menguntungkan.
Tidak hanya itu, budidaya jamur tiram juga relatif mudah, sehingga banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman tersebut.
Usaha jamur tiram umumnya terdiri atas pembibitan dan pembesaran, namun, umumnya masyarakat lebih banyak bergerak di tahap pembesaran saja karena relatif mudah dan tidak memerlukan alat atau keahlian khusus.
Jamur tiram menjadi salah satu komoditas yang banyak diperdagangkan di pasaran.
Jenis jamur ini menjadi salah satu favorit masyarakat, sehingga sudah jadi bagian konsumsi masyarakat sehari-hari, bersanding dengan sayuran hijau.
Hal ini pula yang membuat jamur tiram banyak dibudidayakan.
Salah satu pelaku usaha yang menekuni budidaya jamur tiram, yakni Joko Sugiri, pemilik Usaha Keripik Jamur Ngudi Rejeki di Desa Bono, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
Dari hasil budidaya jamur tiram tersebut, dirinya mampu membuka lapangan usaha di desa tersebut.
Hal ini mendorong Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dengan Ir. Kustopo Budiraharjo, M.P. selaku Ketua Tim, beranggotakan Dr. Sunarno, S.Si., M.Si., dan Kadhung Prayoga, S.P., M.Sc, untuk melakukan pendampingan usaha.
Tim Pengabdian Masyarakat Undip juga dibantu oleh mahasiswa, dalam memberikan pendampingan dan sosialisasi program, guna menunjang peningkatan produksi dan manajemen usaha dari UKM yang ditekuni Joko Sugiri sebagai mitra dalam kegiatan ini.
Dalam pendampingan tersebut, selain memberikan pelatihan, Tim Pengabdian Masyarakat Undip juga memberikan bantuan alat teknologi tepat guna berupa mesin boiler guna mempercepat proses produksi budidaya jamur.
"Sebelumnya, kami memerlukan waktu yang cukup lama untuk produksi, yaitu 1x24 jam dalam proses mensterilisasi dan mendinginkan baglog jamur, serta menghabiskan 5 tabung gas ukuran 3 kg untuk kapasitas 600 baglog dalam sekali proses produksi," papar Joko Sugiri selaku pemilik Usaha Keripik Jamur Ngudi Rejeki.
Kini, setelah adanya penerapan teknologi tepat guna berupa mesin boiler dari Tim Pengabdian Undip, dengan waktu produksi yang sama, pihaknya mampu mensterilisasikan sebanyak 1.200 baglog.
Tidak hanya itu, penggunaan bahan bakar berupa gas elpiji juga bisa dikurangi. Jika sebelumnya membutuhkan 5 tabung, kini, meski jumlah produksi berlipat, namun bahan bakar yang dibutuhkan hanya 3 tabung gas ukuran 3 kg.
"Artinya proses produksi 2 kali lebih cepat dari sebelumnya dan lebih hemat dalam penggunaan gas," tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Joko Sugiri selaku pemilik Usaha Keripik Jamur Ngudi Rejeki, juga menyampaikan rasa terima kasih atas pendampingan yang dilakukan Tim Pengabdi Undip.
"Kami sangat berterima kasih atas bimbingan serta pendampingan yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Tim PKM Undip," tambahnya.
Sementara, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Undip Kustopo Budiraharjo, berharap dengan adanya pendampingan dan penerapan mesin tepat guna tersebut, dapat membantu meningkatkan skala produksi budidaya jamur dari mitra.
"Kami Tim Pengabdian Undip, dengan penyokong dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun anggaran 2023 ini, mencoba membantu peningkatan skala produksi Budidaya Jamur Milik Pak Joko di Klaten, mengingat jamur tiram ini sangat mudah untuk dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi yang baik serta membantu melengkapi kebutuhan pangan lokal," terang Kustopo.
Pihaknya juga berharap, dengan adanya kegiatan pendampingan usaha tersebut, dapat menjadi tambahan semangat baru bagi pelaku usaha jamur tiram, agar mampu memperluas skala usaha di daerah.
***
Penulis : rls
Editor : edt