Danone-AQUA Gandeng Pusur Institute untuk Lestarikan Sumber Daya Air


SOLO, WAWASANCO – Danone–AQUA berkolaborasi dengan Pusur Institute untuk konservasi sumber daya air di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur. Kolaborasi tersebut juga bertujuan untuk keberlanjutan serta menunjang kebutuhan air di wilayah sepanjang Sungai Pusur. Kegiatan tersebut sekaligus sebagai mitigasi bencana alam seperti banjir, longsor, serta kekeringan.

Untuk diketahui, Sungai Pusur memiliki panjang dari hulu ke hilir mencapai 36,8 km. Anak sungai Bengawan Solo ini berhulu di wilayah Desa Sruni Musuk dan bermuara di Desa Boto Kecamatan Wonosari sampai dengan Desa Serenan Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.

Sementara itu, Pusur Institute adalah forum multisektor yang beranggotakan pengusaha swasta dan BUMD, kelompok petani, relawan, tokoh masyarakat, lembaga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat, serta perguruan tinggi. 

Kegiatan konservasi ini salah satunya dengan dilakukan penanaman 1.500 bibit kopi di Desa Sangup dan 2.000 bibit di Desa Mriyan, Tamansari. Tanaman kopi dipilih tidak hanya untuk kepentingan konservasi dan lingkungan tapi juga turut berkontribusi terhadap perekonomian warga setempat.

Konservasi ini juga tersebar di kawasan hulu, tengah, dan hilir Sungai Pusur. Beberapa upaya konservasi yang dilakukan di kawasan hulu Sungai Pusur antara lain, penanaman 141.041 pohon mahoni, suren, sengon, cengkih, durian, kakao, bambu di Desa Sumbung serta budidaya dan produksi kopi Merapi Lestari termasuk pembinaan terhadap Kedai Kopi Merapi Lestari.

“Sebenarnya masyarakat sedikit menghadapi dilema karena tanaman kopi, meskipun memiliki nilai ekonomi tinggi, tapi akhirnya menggerus sebagian lahan yang biasa ditanami sayuran. Jadi yang bisa dilakukan dari konservasi ini adalah menanam kopi di tepi-tepi ladang atau tanaman kopi sebagai pembatas lahan,” kata Kepala Desa Mriyan, Suwandi. 

Masyarakat menilai konservasi ini untuk kepentingan jangka panjang. Meski pada awalnya, mereka sempat dilema lantaran tanaman kopi menggerus sebagian lahan yang biasa ditanami sayuran. 

“Masyarakat di sini sudah merasakan manfaatnya, dalam beberapa tahun terakhir  yang namanya bencana alam terutama tanah longsor, sudah jarang terjadi,” tutur dia.
 
Tak hanya itu, kegiatan ini juga berupaya mengembangkan bisnis teh lokal, penanaman dan budidaya tanaman herbal seperti jahe merah dan jahe putih, serta mengenalkan jenis tanaman bernilai penting untuk konservasi dan juga pakan ternak yakni tanaman jenis indigofera.

“Nah untuk indigofera ini juga awalnya masyarakat banyak yang tidak tahu manfaatnya. Ternyata bisa untuk pakan ternak, ini sangat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.” ujarnya.

Suwandi menambahkan di Desa Mriyan sedikitnya ada 3.000-an tanaman indigofera yang dibudidayakan. indigofera ditanam mengelilingi tanaman pangan terutama di daerah yang kemiringan. Indigofera diketahui mampu mencegah erosi tanah.

Di kawasan tengah sub-DAS Sungai Pusur, upaya pelestarian lingkungan dilakukan dengan sejumlah strategi, antara lain mendorong penerapan pertanian ramah lingkungan untuk untuk mengurangi polusi air dari bahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia.

“Untuk upaya ini kami mendorong masyarakat untuk budidaya padi sehat dan hortikultura hingga pendampingan pemasaran padi sehat,” tutur Rama.

Upaya lain adalah mendorong penerapan pengelolaan irigasi yang sistematis serta efisien di wilayah tengah melalui Forum Relawan Irigasi.  Aktivitas forum ini antara lain mengangkat sedimen dan sampah di saluran primer, sekunder, dan tersier, sehingga aliran air dapat terdistribusi hingga ke hilir, memperbaiki saluran air tersier dan sekunder sepanjang 125 meter serta memperbaiki pintu air yang rusak.

Di kawasan hilir, Danone – AQUA punya program revitalisasi Jogo Toyo Kamulyan. Program ini dijalankan oleh Forum Relawan Irigasi yang melakukan pengelolaan jaringan irigasi secara swadaya di sub DAS-Pusur wilayah hilir seluas 300 ha (53%) dari 569 ha di tujuh desa Kecamatan Juwiring yang tidak mendapatkan aliran irigasi.

Program Jogo Toya ini membantu petani dalam irigasi lahan pertanian dengan melakukan perbaikan 7.786 m saluran, 22 pintu air, jadwal pembagian air secara online, perbaikan pola tanam, penerapan regeneratif agrikultur, membentuk forum irigasi antar desa yang dilegalisasi melalui peraturan bersama tujuh desa untuk pengelolaan irigasi secara kolaboratif sehingga memberikan solusi dari permasalahan kelangkaan air persawahan di musim kemarau, perawatan jaringan irigasi serta pengendalian banjir di musim hujan.

“Pengelolaan terintegrasi di daerah aliran sungai merupakan bagian dari komitmen kami sebagai salah satu anggota Koalisi Air Indonesia,” tutur Rama.

Dijelaskan Rama, upaya konservasi oleh Danone - AQUA sejalan dengan pengembangan Kecamatan Konservasi Tamansari di Boyolali.

“Tamansari merupakan kawasan yang menjadi percontohan atau model bagi desa lain di sekitarnya dalam mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam aspek sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Danone – AQUA juga terlibat dalam pembangunan embung Tirtamulya di Desa Tegalmulya Kemalang Klaten untuk kembangkan sektor infrastruktur penyediaan air. Embung berkapasitas 10.000 meterkubik itu bisa dimanfaatkan oleh sekitar 1.655 jiwa yang tinggal di Tegalmulya dan sekitarnya. Di sini, Danone – AQUA bermitra dengan Arupa untuk mendampingi warga membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis). 

Untuk meningkatkan ketersediaan air di kawasan hulu, upaya konservasi yang dilakukan antara lain pembangunan 70 sumur resapan dan 2.650 lubang biopori juga 930 rorak untuk mengatasi genangan air atau banjir dengan cara meningkatan daya resap air pada tanah, pembuatan instalasi Pemanen Air Hujan (PAH) sebanyak 141 unit, serta mengembangkan Desa Ramah Air Hujan di Desa Pagerjurang, Musuk.

Penulis : Fauzi
Editor   : edt