Faktor Resiko Turun, Jateng Optimis Capai Penurunan Stunting di Angka 17 Persen


SEMARANG, WAWASANCO - saat ini Jawa Tengah telah menunjukan tren positif dalam percepatan penurunan stunting.

Hal ini tampak dari capaian – capaian yang telah diraih oleh Kabupaten Kota di Jawa Tengah.

“TFR Jateng sudah 2,09. Padahal targetnya 2,1. Faktor resiko stunting di Jawa Tengah juga menurun, dari 2021 ke 2022 ini menurun. Karena apa, jamban nya lebih baik, sanitasi membaik, air minum lebih baik,” ungkap Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada kegiatan Evaluasi Program Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi, di Hotel Novotel Kota Semarang, Senin (4/12/2023).

“Tahapan bonus demografi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap sedang berada di puncak bonus demografi, dengan rasio 43,06. Kemudian Kabupaten Banyumas 45,3 bonus demografi sedang berjalan. Rata – rata Jawa Tengah 43,16,” kata dr. Hasto

Begitupun perihal unmetneed dan perkawinan usia dini, dr. Hasto memaparkan bahwa saat ini Jawa Tengah terus mengarah kepada lebih baik.

“Kasus unmetneed juga menurun. Usia perkawinan juga lebih baik di Jawa Tengah, yang tadinya dibawah 21, sekarang udah banyak mendekati usia 21. Tapi jangan kelamaan juga, sampai 35 idealnya bagi perempuan. Gerakan untuk ber-KB di Jawa Tengah ini luar biasa,” puji dr. Hasto atas capaian Jawa Tengah.

Lebih lanjut dr. Hasto menjelaskan bagaimana tren penurunan stunting di Jawa Tengah ini menurun.

Melihat bagaimana faktor resiko penyebab stunting diantisipasi, maka yakin saja jika tahun 2023 ini angka prevalensi stuntingnya bisa menurun.

"Kita optimis, dengan sampel survei yang lebih besar, maka di tahun 2023 ini angka stunting di Jateng bisa turun. Mudah-mudahan di angka 17 persen, sehingga pada 2024 mendatang target 14 persen bisa kita raih," terangnya.

Sementara, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mangatakan bahwa selama tahun 2023, berbagai upaya telah dilakukan bersama secara konvergensi, dalam rangka mewujudkan tercapainya target penurunan prevalensi Stunting menjadi 14% di tahun 2024.

Diantaranya memperkuat sinergitas di masing-masing bidang TPPS Provinsi, melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan setiap bulan.

"Meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan TPPS Kabupaten/Kota, melalui berbagai kegiatan, mengawal terbitnya SE Gubernur tentang KB Pasca Persalinan (KBPP) untuk di tindaklanjuti dalam bentuk regulasi di kabupaten/kota, hingga melakukan monitoring dan evaluasi terpadu pasca roadshow Menko PMK, dimana isu dalam monitoring adalah ketersediaan Antropometri kit dan USG," paparnya.

Optimisme juga disampaikan Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, jika akhir tahun 2023 angka prevalensi stunting di Jawa Tengah bisa menyentuh 17 persen, bahkan dibawah itu.
“Saya harapkan sehabis ini kita punya komitmen untuk menurunkan stunting, dan mampu mencapai target. Bila perlu dibawah target, dibawah 14 persen,” ungkap Nana.

Nana juga memotivasi bahwa selama ada kemauan, maka kemampuan pasti akan mengikuti. “InsyaAlloh target 14 persen kalau kita mau, tidak ada yang sulit. Semua ada solusinya, jika kita mau,” tegasnya.

***

 

Penulis : rls
Editor   : edt