SEMARANG WAWASANCO, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Tommi Yuniawan MHum dikukuhkan sebagai profesor Bidang Ekolinguistik.
Pengukuhan dilakukan oleh Rektor UNNES Prof Dr S Martono Msi di Auditorium UNNES pada Hari Rabu 7 Februari 2024 lalu.
Prof Tommi Yuniawan merupakan dosen pada Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Unnes ini, membawakan orasi ilmiah berjudul “Ekolinguistik, Ikhtiar Memayu Hayuning Bumi, Membangun Kecemerlangan Ekoliterasi Berwawasan Konservasi”, dalam pengukuhan tersebut.
Sebagai peneliti bahasa, Prof Dr Tommi Yuniawan menyampaikan bahwa pemakaian bahasa dan terminologi tertentu dapat mencerminkan nilai-nilai budaya terkait lingkungan, serta memengaruhi perilaku dan persepsi terhadap alam.
Kesadaran itulah yang memotivasinya terus mengembangkan ekolinguistik menjadi cabang linguistik yang berkontribusi besar dalam pelestarian lingkungan.
Di bidang Ekolinguistik Prof Tommi Yuniawean telah menghasilkan 9 artikel internasional terindeks Scopus dan 47 artikel terindeks Sinta telah dipublikasikan, dan 16 judul buku.
Menurut Prof Dr Tommi ekoliterasi yang telah menjadi disiplin ilmu yang berangkat dari fenomena bahwa masyarakat dunia saat ini menghadapi berbagai permasalahan lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan yang menimbulkan kerugian material maupun non-material.
"Masalah lingkungan yang dihadapi membuat isu lingkungan menjadi isu penting. Kerusakan lingkungan pun berpengaruh pula pada perubahan sosial di masyarakat," terangnya.
Sebagai upaya mengurai berbagai persoalan tersebut, diperlukan kajian akademis yang bersifat multidisipliner, seperti sosiologi, antropologi, dan ilmu alam.
“Hal itu diperlukan karena krisis dan permasalahan ekologi berkaitan dengan krisis sosial dan kebudayaan, tidak terkecuali kajian ekolinguistik,” ujar Tommi, yang juga menjabat Dekan FBS Unnes ini
Menurut Prof Tommi, ekoliterasi menjadi kunci untuk mempersiapkan masyarakat dengan pengetahuan, keahlian, nilai dan sikap peduli lingkungan sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah lingkungan.
Ekoliterasi memiliki peran penting karena masalah lingkungan hidup tidak dapat diatasi hanya melalui reposisi hubungan manusia dengan lingkungan alamnya
"Tetapi juga harus melalui reorientasi nilai, etika dan norma-norma kehidupan yang kemudian tersimpul dalam tindakan kolektif, serta restrukturisasi hubungan sosial antarindividu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi yang lebih besar.," urainya.
Pada titik ini, menurut pria kelahiran Brebes 17 Juni 1975 ini, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan perspektif yang relevan.
Pertama, dunia pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan ekologi merupakan dampak buruk dari ulah manusia memperebutkan sumber-sumber daya alam.
Kedua, dunia pendidikan memahami kerusakan ekologi sebagai realitas buruk yang berdampak menimbulkan korban bagi alam dan manusia.
“Dua hal ini penting dimengerti oleh dunia pendidikan sebagai kondisi yang menunjukkan hubungan saling memengaruhi dan saling bergantung antara manusia dengan lingkungannya,” ujar Prof Tommi.
Prof Tommi selain memberikan perkuliahan di bidang Ekolinguistik, Etnolinguistik, Sosiolingiustik, Filsafat Bahasa, beliau juga aktif di berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dia juga aktif menjadi narasumber dalam seminar dan pelatihan nasional maupun internasional, serta telah meraih berbagai Hak Kekayaan Intelektual.
Penulis : rls
Editor : edt