UNICEF dan Pemerintah Jateng Gelar Sub PIN Polio Tahap Kedua


SEMARANG, WAWASANCO - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kesehatan setempat, sudah mulai melaksanakan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) putaran kedua, dari Senin (19/2/2024). Pelaksanaan kegiatan tersebut didukung oleh organisasi kemanusiaan dunia (UNICEF).

Pada hari kedua pencananganan, UNICEF diundang untuk menyaksikan kegiatan imunisasi Polio di SD Negeri Siwalan, Jl Karangingas, Sawah Besar, Gayamsari Semarang. Kegiatan Sub PIN Polio tahap kedua tersebut diikui sebanyak 100 siswa.

Menurut Kepala Kantor UNICEF Perwakilan Jawa Tubagus Arie Rukmantara, kegiatan Sub PIN Polio putran kedua dimulai sejak tanggal 19 Februari hingga satu minggu ke depan. 

"Pemprov Jateng sudah mulai sejak hari Senin (19/2) Sub PIN putaran kedua, dan hari ini kami berada di SDN Siwalan yang menjadi salah satu tempat melaksanakan imunisasi polio putaran kedua bagi ratusan siswanya dan memastikan bahwa dua kali dapat diimunisasi polio. Hal itu dilakukan supaya anak tambah kebal dan sehat. Selain itu juga memastikan 100 persen anak di Jateng akan ter-imunisasi di putaran kedua ini," kata Arie sapaan akrabnya di sela kegiatan tersebut, Selasa (20/2).

Arie menambahkan penerima vaksin tersebut jumlahnya sama dengan Sub PIN Polio putaran pertama. "Jumlahnya sama, anak yang sudah menerima vaksin putaran pertama di bulan Januari lalu sejumlah 3,9 juta anak. 

"Secara medias, kekuatan dan kekebalan tubuhnya akan semakin sempurna apabila menerima dua kali imunisasi polio," ujarnya.

Jawa Tengah, menurut Arie telah lebih dari 100 persen memberikan imunisasi kepada anak-anak yang berada di wilayah tersebut. 

"Kami berharap selama satu minggu ini bisa mendapatkan 100 persen, kemudian ada sweeping di minggu depan selama lima hari, untuk melihat siapa yang belum dapat. Karena semua anak harus dapat dan ini adalah haknya mereka," ujar Arie.

Arie mengatakan proses imunisasi polio di Indonesia di mulai sejak tahun 1970-an dan dilakukan secara rutin dan disiplin membuat negeri ini dinyatakan bebas polio di tahun 2014. 

Namun sejak pandemi ada penurunan cakupan imunisasi. Hal itulah, yang kemungkinan menjadi penyebab ada beberapa anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. 

"Jadi virusnya dengan mudah memasuki ke beberapa anak ini. Yang harus diingat bahwa KLB polio ini bukan terjadi pada banyak orang tapi hanya tiga kasus ditemukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, lalu Pemerintah dengan Pemprov Jateng, Jatim dan Kabupaten Sleman memutuskan mengimunisasi seluruh anak yang ada di lingkungannya supaya melindungi lagi," jelasnya.

"Status bebas polio di Indonesia masih akan bisa dipegang, selama Sub PIN Polio berhasil dilakukan. Karena hanya kasus 1-2, pemerintah berhasil mengimunisasi total 8,4 juta anak yang ada di tiga provinsi yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY," tandasnya. 

Mungkin, imbuh Arie, di akhir bulan Februari seluruh anak di Jawa tengah telah mendapatkan imunisasi polio. Ia berharap setelah kegiatan ini, masyarakat dapat disiplin dan rajin meng-imunisasikan anaknya. 

"Idealnya orang tua memperhatikan jadwal rutin dan melengkapi imunisasi anak, sekarang ada 14 jenis imunisasi yang harus dilengkapi dari mulai lahir hingga usia remaja. Satu-satunya cara adalah ikut imunisasi, karena itu merupakan pencegahan paling murah, mudah, gratis disediakan negara dan teruji aman serta efektif," ujarnya.

UNICEF dan WHO, sambung Arie menyiapkan seluruh komponen persiapan imunisasi polio tersebut. 

"Seperti pengadaan vaksin, pengantaran vaksin dan kualitas vaksin. Sehingga Pemerintah provinsi dan kota ingin memperlihatkan kepada kami, bagaimana imunisasi ini berhasil dilaksanakan di tiap tempat termasuk di sekolah," imbuhnya.

Arie mengatakan, pada Senin (19/2), UNICEF juga diundang untuk menyaksikan gerakan imunisasi di Puskesman Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang yang diikuti sebanyak 500 anak. 

"Selama dua hari ini lancar sekali, hal ini bisa dilihat dari dua hal yakni banyaknya anak yang datang serta reaksi anak tersebut. Hal itu menunjukkan anak-anak itu sudah terbiasa melakukan imunisasi," ucap Arie.

Ditemui di tempat yang sama, Rizky Ika Syafitri selaku Spesialis Komunikasi Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia menjelaskan peran serta UNICEF dalam pencegahan penyakit melalui program imunisasi. 

"Di Indonesia program imunisasi untuk anak sudah diadakan sejak lama oleh pemerintah, namun menghadapi banyak tantangan misalnya pengetahuan masyarakat yang belum baik tentang imunisasi dan masyarakat termakan hoaks dan informasi tentang imunisasi. Sehingga cakupan imunisasi di banyak daerah rendah. Kalau rendah artinya ada anak-anak yang tidak diimunisasi sehingga tidak terlindungi dari berbagai ancaman penyakit yang berbahaya yang bisa mengancam jiwa," beber Kiki sapaan akrabnya.

Kiki mengatakan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah kemudian mengalami KLB atau wabah. "Hal itulah yang membuat UNICEF bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan semua lembaga. 

Hal itu untuk memastikan agar anak-anak yang kemarin tertinggal imunisasinya bisa dilengkapi dan daerah-daerah yang mengalami wabah bisa segera melakukan respon untuk memastikan anak yang lain jangan sampai tertular," sambung Kiki.

Kiki mengingatkan anak yang sudah terkena polio akan sangat susah untuk disembuhkan. "Kita harus tahu anak yang terkena polio, kakinya akan lumpuh layu akut dan tidak bisa disembuhkan. Tentu kita tidak mau itu terjadi pada anak-anak kita," pungkas Kiki.

Adanya kegiatan Sub PIN polio putaran kedua tersebut, mendapatkan apresiasi dari Kepala SD Negeri Siwalan Muhyidin SAg, MPdI. Ia mengungkapkan siswanya sangat senang mengikuti kegiatan tersebut.

"Alhamdulillah anak sangat senang dan tidak ketakutan mengikuti imunisasi kali ini, Sebab imunisasi kali ini tidak menggunakan jarum suntik akan tetapi menggunakan tetes yang rasanya manis. Sehingga anak-anak lebih suka," katanya.

Ia berharap adanya imunisasi tersebut membuat anak didiknya terbebas dari polio.

Penulis : ardi
Editor   : edt