WAWASAN.CO, Perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang sehingga mengganggu keseimbangan alam. Perubahan iklim ini terjadi secara alami akibat variasi siklus matahari.
Salah satu dampak perubahan iklim yaitu peningkatan suhu bumi. Dalam 100 tahun terakhir ini, suhu bumi meningkat agak cepat dengan peningkatan rata-rata 0,6-0,9? (Riphah, 2015).
Terutama di negara Indonesia, saat musim kemarau mencapai suhu rata-rata 33 - 36?, sehingga menyebabkan paparan sinar ultraviolet yang berlebihan karena lapisan ozon pada bumi sudah menipis.
Hal ini menimbulkan banyak resiko penyakit bagi manusia terutama kanker.
Penyakit kanker atau tumor ganas adalah salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia menurut data yang diambil dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2019)(Darmawan, 2019).
Salah satu jenis kanker yang sangat berbahaya dan mematikan adalah kanker kulit, dengan jenis karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, melanoma, dan non melanoma.
Menurut World Health Organization, sebanyak 160.000 orang mengidap kanker kulit setiap tahun di dunia (Winanti, 2023). Karena cuaca yg menyengat ini, Kemenkes menghimbau agar warga Indonesia memakai tabir surya dan memperbanyak minum air.
American Academy of Dermatology merekomendasikan penggunaan tabir surya secara teratur dengan SPF 30 atau lebih untuk semua jenis kulit.
Namun, saat ini banyak sekali sunscreen atau kosmetik yang mengandung bahan kimia yang memiliki efek samping setelah penggunaan.
Untuk menghindari efek samping dari penggunaan tabir surya atau kosmetik yang berbahan kimia, tim mahasiswa Pendidikan Biologi UPGRIS yang terdiri atas Aninda Julieta Ariyanto, Ana Rohmah, Putri Puji Lestari, dan Dina Nila Oktafia Sari di bawah bimbingan dosennya yaitu Ipah Budi Minarti, M. Pd memiliki ide untuk menciptakan tabir surya atau kosmetik yang berbahan alami.
Tabir surya ini dikembangkan dari bahan alami yang berasal dari bagian tumbuhan yang memiliki senyawa fenolik yang berfungsi untuk melindungi jaringan tanaman yang dapat rusak dikarenakan radiasi sinar matahari.
Senyawa flavonoid juga dapat menangkal radikal induksi ultraviolet (UV) dan dapat memberikan perlindungan terhadap radiasi UV dengan menyerap sinar UV (Pradika, 2016).
Salah satu bahan alam yang sering ditemui adalah teh (Camelia sinesis L).
Tanaman ini mengandung senyawa polifenol, katekin, dan teaflavin. Polifenol berkhasiat sebagai antioksidan, antikariogenik, antihipertensi, antimutagenik, antiaterosklerosis, dan hipokolesteromik (Buang, 2021).
Teh mengandung senyawa katekin, senyawa ini mampu menjadi antioksidan yang mampu memberikan serapan pada panjang gelombang daerah UV B (290-320) yang dapat digunakan untuk bahan aktif sediaan tabir surya (Sari MP, 2014).
Saat ini, banyak outlet teh di masyarakat yang berdampak pada banyaknya ampas teh dari produksi pembuatan teh. Banyaknya ampas teh yang hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan dengan baik menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produksi teh nasional sebanyak 94,1 ton pada 2021. Jumlah ini meningkat sebanyak 20,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 78,2 ton.
Banyaknya produksi ini membuat tim berinovasi untuk mengelola limbah teh menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yaitu Healtea. Healtea merupakan inovasi yang memanfaatkan limbah teh sebagai bahan utama alami dalam pembuatan tabir surya.
Healtea hadir sebagai solusi dari banyaknya limbah teh yang tidak dimanfaatkan kembali. Healtea merupakan pengembangan produk tabir surya yang memanfaatkan bahan limbah teh.
Healtea ini berasal dari kata “health” yang artinya sehat dan “tea” yang artinya teh. Kelebihan tabir surya yang berbahan ampas teh ini, krimnya tidak memiliki efek samping setelah penggunaan karena dibuat dari bahan alami.
Memanfaatkan limbah teh untuk menghasilkan ekstrak polifenol sebagai bahan aktif tabir surya dapat meningkatkan daya jual.
Selain itu, ekstrak polifenol dari limbah teh memiliki nilai SPF maksimum dan mampu digunakan untuk anti UV A dan UV B.
Limbah teh ini juga mengandung senyawa polifenol yang dapat digunakan sebagai antioksidan dan dapat memperlambat penuaan dini (Maidawati dkk, 2010).
Menurut penelitian Maidawati dkk (2010) diketahui bahwa ampas teh dapat melindungi kulit dari sinar UV.
Selain peluang pasar yang tinggi, pemanfaatan limbah teh hijau untuk pembuatan tabir surya juga memiliki dampak yang baik bagi lingkungan.
Prospek ekonomi dari produk ini sangat besar karena Indonesia ini merupakan salah satu negara penghasil teh sehingga banyak perkebunan dan pabrik minuman berbahan teh.
Penulis : rls
Editor : edt