Peserta Sesorah Basa Jawa Pelajari ‘Ngadi Salira Ngedi Busana’

WONOSOBO - Program pembelajaran bahasa dan adat bertajuk Sesorah Basa Jawa yang digulirkan Dinas Komunikasi dan Informatika angkatan pertama yang diikuti para pimpinan OPD, memasuki piwulang atau pelajaran Ngadi Salira, Ngedi Busana.

Dalam pelajaran tersebut, para peserta diajarkan bagaimana cara berpakaian dan berpenampilan yang baik, khususnya dalam balutan baju adat khas Yogyakarta dan Surakarta. Dwija, alias pengajar yang membawakan materi pada pertemuan di aula Diskominfo pada Rabu (4/4), Indri Astuti menyebut pembelajaran mengenai Ngadi Salira  dan Ngedi Busana sangat penting karena dalam adat jawa, penampilan dan gaya berbusana sesorang akan menentukan cara pandang orang terhadap kepribadiannya. “Antara Jogjakarta dengan Surakarta meski sekilas terkesan sama, ada perbedaan cukup mendasar gaya busananya,”  tutur Indri kepada wartawan usai mengikuti pelajaran.

Beberapa jenis cara busana kejawen, dijelaskan Indri juga memiliki tempat maupun acara berbeda-beda. “Busana kejawen landhung, atau disebut juga setengah resmi biasa digunakan dalam acara midodareni, siraman, tanggap warsa, hingga acara sunatan alias tetakan,” terang Indri.

Sementara, untuk busana kejawen jangkep, alias lengkap menurut Indri biasa digunakan dalam acara-acara resmi seperti resepsi pernikahan. Sejumlah istilah untuk perlengkapan busana kejawen landhung juga diuraikan Indri dalam pertemuan tersebut, seperti dhestar alias blangkon, beskap landhung, wiyar, setagen, hingga sabuk dan epek plus timangan. Sementara untuk busana kejawen jangkep, Indri menyebut perlengkapannya berupa beskap, atela, sikeban, langen harjan, langen kusumo, sikeban ageng dengan rompi, pangeranan, takwa dan mangkunegaran.

Sementara Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo, Bambang Sutejo ketika ditemui di sela piwulangan menjelaskan bahwa materi pelajaran Ngadi Salira Ngedi Busana menjadi rangkaian dari Sesorah Basa Jawa. “Manfaatnya sangat banyak, karena biasanya kita di lingkungan masyarakat juga sering diajak untuk mengikuti berbagai acara adat,” jelasnya.

Dengan pemahaman yang baik perihal gaya berbusana baik secara adat Jogja maupun adat Surakarta, Bambang berharap para peserta Sesorah tidak akan salah memilih busana ketika berada dalam berbagai acara resmi. “Bahkan nantinya kami harapkan para peserta dapat menularkan ilmu perihal Ngadi Salira Ngedi Busana ini di lingkungan mereka masing-masing,” tandasnya.

 

 

Penulis :
Editor   :