SALATIGA - Barisan mahasiswa dari 20 etnis di Indonesia dalam balutan pakaian adat memeriahkan Pawai budaya dalam rangka kegiatan Indonesian International Culture Festival (IICF) 2018, Sabtu. Pawai yang secara resmi dibuka oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto SE, MM didampingi Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Neil Semuel Rupidara SE, MSc, PhD dan Pembantu Rektor III UKSW Dr Andeka Rocky Tanaamah SE, MSc ini ditandai dengan pemukulan gong.
Pawai Budaya Sabtu ini adalah pembukaan rangkaian IICF tahun ini. Selasa (17/4) sampai Kamis (19/4) IICF masih akan berlangsung di lapangan Basket UKSW. Rangkaian kegiatan Kampung Budaya, Festival Nusantara dan Food Festival akan mengisi kegiatan IICF selanjutnya.
Wali Kota Salatiga dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya dengan diselenggarakannya kembali pawai budaya tahun ini. "Apresiasi yang setinggi-tingginya atas diadakannya acara ini, yang sudah berlangsung rutin selama bertahun-tahun. Saya berharap, tahun depan kegiatan ini bisa diadakan lebih meriah lagi," tuturnya.
Sementara itu, Rektor UKSW dalam sambutannya mengungkapkan bahwa dari kegiatan ini tergambar realitas budaya Indonesia dan juga kekayaan alam Indonesia lewat replika fauna khas masing-masing etnis yang diarak dalam pawai.
"Lewat rangkaian IICF ini semoga dapat mendorong rasa ingin tahu akan keberagaman budaya Indonesia, rasa saling menghargai dan akhirnya tercipta kebersamaan yang utuh," kata Neil Semuel Rupidara.
Tarian etnis
Seperti tahun- tahun sebelumnya, penampilan masing-msing etnis di bundaran Kaloka menjadi yang ditunggu masyarakat. Masyarakat mulai anak-anak sampai warga dewasa nampak memadati depan Rumah Dinas Wali Kota Salatiga lokasi tampilnya etnis secara bergantian. Berbagai macam tarian ditampilkan etnis secara bergantian.
Salah satunya adalah penampilan dari Perhimpunan Keluarga Kalimantan Salatiga atau PERKKASA. Etnis ini menyuguhkan tarian Tanggis Burung Enggang, yang menceritakan keresahan mengenai semakin berkurangnya satwa khas Kalimantan, yaitu burung enggang.
Lain lagi dengan etnis Keluarga Besar Bali Salatiga yang menampilkan tari Panyembrama. Tarian ini pada awalnya ditunjukan untuk menyambut umat yang akan melaksanakan acara keagamaan di pura, namun seiring dengan berjalannya waktu tarian ini berubah menjadi tarian komersil yang dipentaskan pada acara-acara kesenian dan juga bagi orang-orang yang datang berkunjung ke Bali.
Satu lagi penampilan yang menyedot perhatian masyarakat adalah Tari Cakalele dari HIPMMA atau Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Maluku.
Tarian Cakalele adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Maluku. Tarian ini adalah sejenis tarian perang yang kerap dipentaskan dalam prosesi penyambutan tamu atau ketika pembukaan acara adat.
Selain 20 etnis, pawai tahun ini juga dimeriahkan dengan penampilan partisipan Jepang pembuka.
Pawai ini sangat memikat warga Salatiga karena dinilai menarik. "Pawainya menarik, kita bisa belajar budaya Indonesia. Tidak perlu jauh-jauhlah, kita bisa langsung lihat dari mahasiswa UKSW," tutur Susanto yang menyaksikan pawai bersama keluarga.
Penulis : ern
Editor :