Masuki Panen, Harga Kopi Muria Semakin Mantap


Memasuki masa panen, harga kopi di kawasan lereng pegunungan Muria cukup bagus. Foto; Ali Bustomi.

KUDUS - Musim panen kopi bagi para petani di lereng Gunung Muria Kabupaten Kudus, tahun ini nampaknya akan berlangsung cukup bergairah. Pasalnya harga jual kopi Muria saat ini menunjukkan harga yang memuaskan.

Rumain, seorang petani kopi di Desa Ternadi mengatakan harga kopi mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga tahun lalu. Kopi yang belum dijemur (green bean) pada musim panen tahun lalu hanya dihargai Rp4.400 per kilogram. Sementara biji kopi kering dipatok Rp21 ribu per kilogram.

Namun tahun ini, harga biji kopi basah sudah mampu menembus angka Rp5.700 per kilogram. Sedangkan, harga biji kopi kering di tingkat petani mencapai Rp23 ribu per kilogram. "Harga di awal musim panen yang menjadi acuan. Sedangkan di akhir panen biasanya mengalami kenaikan dari harga awal panen," kata Rumain, Minggu (29/7).

Dari sisi produktivitas, kopi Muria tahun ini juga cukup bagus. Satu hektar lahan kopi bisa menghasilkan sampai 2,4 ton kopi basah, atau setara dengan dengan 5,1 kuintal kopi kering. "Kopi dari Ternadi juga bersaing dengan daerah lain. Penjualan dari petani langsung ke tengkulak yang datang ke petani langsung," tandasnya.

Senada, Kepala Desa Ternadi, Iswanto mengatakan, 70 persen warganya berprofesi sebagai petani kopi. Lahan milik pribadi petani yang ditanami kopi mencapai 20 hektare. Sedangkan untuk lahan milik Perhutani mencapai 49 hektar.

“Sebagian besar masyarakat menjadi petani kopi. Ada yang menggarap lahan pribadi. Sebagian lagi menggarap lahan milik Perhutani," ujar Iswanto.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata dia, masa panen berlangsung mulai Juli hingga Oktober. Kualitas kopi yang dihasilkan petani di Desa Ternadi, katanya, bersaing dengan kopi daerah lain.

Kopi dari Ternadi juga dikirim ke sejumlah daerah, salah satunya ke Temanggung untuk bahan campuran kopi di sana. Hal tersebut menjadi permasalahan tersendiri lantaran nama kopi Muria menjadi kurang begitu terangkat. ”Untuk kopi Muria biasanya permintaannya cukup tinggi. Namun sayangnya, belum banyak yang mencoba mengolah kopi Muria sendiri sehingga namanya kurang dikenal seperti kopi dari daerah lainnya,” tandasnya.

 

 

Penulis : al
Editor   :