Guru Harus Latih Siswa Hadapi Era Revolusi Industri 4.0


 Kepala Sub Direktorat Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd saat memberikan sambutan di hadapan peserta pelatihan pintar di gedung PGRI Wonogiri, Kamis  (8/11). Foto: Dok T

WONOGIRI-Tantangan yang dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 sangat ketat. Sehingga sangat diperlukan revolusi dalam pembelajaran.

‘’ Program Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran (PINTAR) sudah mulai melakukannya. Saya lihat tadi ketika seorang fasilitator mengajarkan satu komponen pelatihan yaitu membuat pertanyaan dan lembar kerja tingkat tinggi,” kata Kepala Sub Direktorat Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd, di gedung PGRI,  Kamis  (8/11).

Lebih lanjut, salah satu pendiri Insan Cendekia tersebut memaparkan bahwa PINTAR Tanoto Foundation secara berkesinambungan terus melakukan pelatihan secara masif kepada guru dan kepala sekolah/madrasah mitra di Kabupaten Wonogiri. Pelatihan tersebut melatih mendekatkan pembelajaran pada Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan refleksi serta menggunakan pendekatan higher order thinking skills  atau kemampuan berfikir kritis.

Ahmad menjelaskan pembelajaran bukan hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi lebih daripada itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar agar anak mampu belajar secara optimal dan anak menjadi seorang pembelajar. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Karena lingkungan zaman industri 4.0 ini sumber belajar sudah ada di mana-mana.

 “Era Revolusi Industri 4.0 membutuhkan revolusi pembelajaran untuk menghadapinya. Revolusi pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan 5 fase-fase pembelajaran kepada siswa,” ungkapnya.

Fase-fase dalam pembelajaran yang perlu dikuasai siswa dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran secara bertahap adalah, fase pertama learning to know, fase ke dua yaitu learning to do. Fase ke tiga setelah siswa melakukan adalah bagaimana yang dilakukan tersebut terinternalisasi dalam diri masing-masing siswa.

Yang ke-4 adalah bagaimana kebaikan terinternalisasi bisa dikerjasamakan dengan yang lain.  Dan terakhir ketika semua fase telah terlampaui, yaitu bahwa pendidikan harus melakukan transformasi budaya dan peradaban.  Oleh karena itu, sudah saatnya seorang guru memancing siswa untuk memiliki daya cipta dan ide-ide kreatif.

“Jadi sangat tepat, bila Program PINTAR Tanoto  Foudation meletakkan program pengembangan pembelajaran berdasarkan pada kemampuan berfikir tingkat tinggi. Karena dari situ fase tertinggi menciptakan daya kreasi bisa dibentuk dan dibiasakan secara bertahap,” apresiasi dari Kasubdit.

 

 

Penulis : tpe
Editor   :