
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Mahfud MD tengah menjawab pertanyaan wartawan usai acara Dialog Kebangsaan Seri VI bertajuk Merawat Harmoni dan Persatuan yang digelar di Stasiun Solo Balapan Solo, Rabu (20/2). (Bagus Adji W)
SOLO, WAWASANCO- Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Mahfud MD mengatakan, banyak hal sekarang ini menjadi problem dalam implementasi Pancasila. Diantaranya masalah harmoni ditengah masyarakat yang sekarang mulai terganggu karena ada pesta politik namanya Pemilu.
“Kita mengingatkan, semua harus hidup dalam harmoni. Karena Pemilu itu hanya jalan untuk membangun kemajuan lebih lanjut sehingga tak usah bertengkar-tengkar berkelanjutan” tandas Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Mahfud MD kepada wartawan usai acara Dialog Kebangsaan Seri VI bertajuk Merawat Harmoni dan Persatuan yang digelar di Stasiun Solo Balapan Solo, Rabu (20/2).
Pada kesempatan sebelumnya Prof Mahfud MD ketika berbicara dalam acara dihadiri Kardinal Yulius Darmaatmadja SJ, Muhammad Tafsir dari Muhammadiyah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, KH Dian Nafi, Alissa Wahid dan Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan, acara Dialog Kebangsaan merupakan bagian dari merawat harmoni dan kesatuan. Intinya kita menyatakan Pancasila sebagai dasar idiologi negara tidak akan tergantikan. Siapa yang akan melawan itu, pasti kalah. Sejarah membuktikan, Pancasila selalu menjadi tempat kembali ketika terjadi problem, baik itu problem konstitusional maupun lainnya. “Disini kita bicara harmoni . Solo satu tempat yang tepat karena merupakan daerah yang halus seperti Yogya, sehingga harmoni bisa distel dari rasa kemanusiaan kita . Kesemuanya ini agar kita hidup bernegara ,berkesatuan dan beridiologi Pancasila secara kokoh bersatu menuju masyarakjat adil dan makmur”, tegasnya .
Sementara itu Kardinal Yulius Darmaatmadja SJ mengemukakan, merawat Indonesia membutuhkan patos/ semangat. Kadang semangat itu tidak ada karena yang dicintai terlalu jauh. Suami istri banyak merawat kerukunan bukan karena cinta asmara yang dulu berkobar. Tetapi karena merasa wajib mengabdi, membina dan merawat anak anak. Kerukunan keluarga diselamatkan bukan karena cinta asmara yang dulu, tetapi lebih dikarenakan kewajiban.
Maka mari kita kawal Indonesia dengan membangkitkan rasa kewajiban bersumber cinta tanah air seperti pahlawan Patimura. Begitu cintanya tak mempunyai kepentingan apa apa untuk dirinya. Tidak untuk kemenangan karena itu kewajiban. Tidak untuk menghadirkan keharuman nama karena itu kewajiban. “Inilah semangat yang saya ingin sampaikan untuk kita miliki bersama . Mari kita rawat Indonesia yang beragam ini dengan cinta. Tetapi lebih lebih didukung dengan rasa kewajiban”, jelasnya.
Masih dalam kesempatan sama Alissa Wahid menyatakan, untuk merawat harmoni dan persatuan dibutuhkan pemimpin berkomitmen. Pemimpin yang mau dan mampu menentukan kestrategisan starteginya. Kenapa hoax merajalela, karena banyak elit politik yang tahu caranya mengungkit emosi warga masyarakat. Itu cara paling mudah untuk membuat seseorang mendukung dan memusuhi lawan dengan pesan bernada emosi . Karena itu dibutuhkan pemimpin yang mau meninggalkan kebencian, mau meninggalkan permusuhan, mau meninggalkan sekedar kalah menang, tetapi mau menatap Indonesia emas 2045. Kalau tidak, negara ini akan menjadi negara yang sumbu pendek.
Sebagai rakyat kita perlu tidak hanya meminta, tak hanya memohon tetapi menuntut pemimpin bekerja dengan strategi, dan gerakan. Tansformasi social mendorong eksklusivme agama saat ini tidak sampai di titik kegentingananya karena sudah berbaur dengan kepentingan politik. Disinilah kemudian membutuhkan pemimpin bernalar sehat, berbudi luhur untuk memimpin Indonesia menuju ,masa depan tahun 2045. “ Harmonisasi bicara perdamaian. Kata Gus Dur perdamaian tanpa keadilan hanyalah illusi. Maka kita juga membutuhkan pemimpin yang mampu menegakan keadilan”, terangnya.
Sedangkan Muhammad Tafsir mewakili Muhammadiyah mengemukakan, komitmen harus dibangun dan ditata terus menerus serta tidak boleh lupa. Ada tidaknya Indonesia tergantung komitmen kita. Yakni komitmen seluruh komponen bangsa Indonesia. Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen bangsa Indonesia tetap berkomitmen bahwa Negara Pancasila merupakan negara yang sudah pas untuk kita semua.
Penulis : baaw
Editor : jks