Pesan Moral dari Kisah Cinta Dilan dan Milea


Adegan Film Dilan 1991. Film ini mampu meraup 2 juta penonton di tiga hari pemutarannnya di bioskop seluruh Indonesia. (Foto :Dok)

Film “Dilan 1991” yang notabene  adalah film percintaan remaja juga  membawa pesan moral. Paling tidak kita bisa belajar bahwa balas dendam, tawuran dan permusuhan yang terus dipelihara  akan membawa kerugian. Itu juga yang dialami Dilan dan Milea di film karya sutradara  Fajar Bustomi dan Pidi Baiq. Karena Dilan (Iqbal Ramadhani) tak mau meninggalkan gang motor dan aksi tawuran serta balas dendamnya,  membuat  hubungan asmaranya dengan sang kekasih- Milea  ( Vanesha Prescillia) menjadi renggang bahkan harus berakhir.  Kita jadi teringat rasa permusuhan yang terus dihembuskan menjelang Pilpres 2019.  Ini harus dihentikan karena tentu semua akan rugi, rasa cinta  sesama akan renggang bahkan bisa berakhir.

Film Dilan 1991  yang merupakan sekuel dari film pertama berjudul “Dilan 1990” , masih menceritakan kisah cinta Dilan dan Milea. Tentu dengan latar belakang kota Bandung nan asri, romantis karena selalu dipenuhi rinai hujan.  Sebagai penghormatan kepada Kota Bandung, film ini diputar perdana di seluruh bioskop kota tersebut pada  Minggu (24/2). Bahkan hari itu disebut sebagai “Hari Dilan” di seluruh Bandung.

 Film ini merupakan adaptasi novel trilogy karya Pidi Baiq. Bagi penonton yang belum membaca novelnya, film ini juga sedikit memberikan jawaban soal rasa penasaran, apakah kisah cinta Dilan dan Milea akan berakhir?.

Dibandingkan film pertama,  inti bangunan cerita yang disusun oleh sutradara Fajar Bustomi dan Pidi Baiq  di film ini lebih kompleks.  Banyak konflik yang muncul diantara rajutan cinta dua anak SMA. Di film tersebut  juga diceritakan bahwa Dilan dan Milea mulai resmi berpacaran. Konflik  dimulai dari datangnya saudara jauh keluarga Milea,  Yugo (Jurome Kurnia)  yang merupakan anak dari Tante  Anis (Maudy Koesnady)  dan  Om Johan (Jevin Julian). Mereka yang lama tinggal di Belgia akhirnya pulang  ke Bandung. Yugo ternyata juga memendam cinta ke Milea.  Disinilah muncul persoalan. Belum lagi tabiat, Dilan yang masih senang tawuran dengan sesama anak gang motor.  Konflik yang dibangun bertub-tubi antara Dilan, Milea dan Yugo membuat penonton ikut baper.

Apalagi karena ulahnya itu, Dilan sempat ditahan polisi.  Kondisi itu membuat hubungan cinta Dilan dan Milea menjadi renggang. Milea mengancam jika Dilan masih ikut gang motor maka dia akan memutuskan hubungan mereka. Di sisi ini penonton ikut merasakan galau. Namun Dilan memang anak yang keras. “Aku tak mau dikekang, Milea” katanya dalam sebuah dialog di film itu.

Yugo mencoba memanfaatkan suasana batin Milea yang tak menentu. Apalagi kedua orang tua Milea juga meminta agar Milea tidak menolak ajakan Yugo untuk jalan jalan keliling kota Bandung. Rajutan cinta segitiga yang klise memang,namun  tetap membuat penonton terbawa suasana. Di sisi lain, penonton juga pasti akan terhibur  menyaksikan dialog dialog renyah namun dipenuhi romantisme anak muda antara Dilan dan Milea.  Seperti ucapan Dilan kepada Milea,  jika aku jadi presiden aku tak mungkin bisa mencintai seluruh rakyatku, karena cintaku hanya padamu Milea. Dialog yang picisan namun begitu terasa  menyentuh dan segar.

Sosok Milea di film ini juga ditampilkan sebagai sosok gadis ABG yang tidak hanya menarik te sekolahnya. Bahkan seorang gurunya  pak juga ikut menaruh hati dan memberikannya secarik puisi. Film ini menjadi terasa segar, ketika Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tampil sebentar. Kang Emil yang berperan sebagai kepala sekolah tampil  dengan dialog  yang membuat penonton terhibur. Apalagi saat salah seorang guru bertanya kepada Dilan, “Dilan kamu tahu apa arti namamu, artinya adalah hati-hati di jalan”.  Adegan ini menjadi semacam rileksasi ditengah  adegan lain yang terasa membuat penonton menahan nafas karena hubungan Dilan dan Milea mulai bermasalah.

Di tiga hari pemutaran  di seluruh bioskop Indonesia, film Dilan 1991 berhasil meraup penonton sekitar 2 juta lebih. Film pertama Dilan 1990 mampu menjadi film nasional dengan penonton terbanyak yaitu, 6,3 juta penonton. Film Indonesia dengan penonton terbanyak  sepanjang masa.   

Akhir film Dilan 1991 membuat penonton penasaran. Mereka pasti kembali akan menunggu untuk menyaksikan film “Milea “ yang merupakan kelanjutan dari film pertama dan kedua. Atau jika tak sabar menunggu baca saja novelnya yang berjudul “Milea Suara dari Dilan”.  Akankah cinta antara Dilan dan Miela terajut kembali atau malah berakhir, akan terjawab disana. Pidi Baiq sudah sedikit memberikan bocorannya. “Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu”.

 

Penulis : Joko Santoso
Editor   : probow