Ernest Prakasa : Tantangan Membuat Film Bagaimana Memanage yang Terlibat


Ernest Prakasa, yang dikenal sebagai sutradara, writer dan juga stand up comedian saat berbagi pengalaman ditengah Salatiga Film Festival 2019 di Balairung Universitas, kemarin. Foto : Ernawaty

SALATIGA , WAWASANCO-Tantangan membuat film terletak pada bagaimana me-manage orang-orang yang terlibat. Hal ini disampaikan Ernest Prakasa,  yang dikenal sebagai sutradara, writer dan juga stand up comedian dalam acara Salatiga Film Festival 2019 di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana, Jumat.

Kegiatan tahunan ini menjadi agenda Komunitas Film Finger Kine Klub Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Acara yang  bertemakan Hourglass: Do your Passion, Inspiring Others and Make Your Time Valuable ini diikuti oleh kurang lebih 700 peserta, tidak hanya mahasiswa UKSW tetapi juga kalangan pelajar SMA dan masyarakat umum yang tertarik mengenai perfilman.

Ernest Prakasa menuturkan, sebagai sutradara harus memperhatikan semuanya, tidak hanya memperhatikan acting talent saja. "Sebab jika komponen lain tidak mendukung, seperti lokasi istirahat yang di sediakan tidak nyaman, makanan tidak datang tepat waktu bisa membuat akting tidak maksimal," kata Ernest Prakasa.

Menurutnya, dalam mengatur orang-orangnya agar saling mendukung ini menjadi hal yang utama karena dalam pembuatan film semua saling mempengaruhi.

Gelaran Salatiga Film Festival tahun ini diwarnai gaya lawakan Ernest Prakasa. Ia pun tak segan berbagi pengalamannya selama menggeluti industri film. Sutradara yang dikenal lewat beberapa film komedinya ini  menjelaskan bahwa perkembangan film di Indonesia, Ernest mengungkapkan kegembiraannya karena industri film Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

"Film Indonesia ditonton sekitar 47 juta penonton tahun lalu. Bertambahnya jumlah layar di Indonesia ikut mendongkrak perfilman Indonesia. Aku senang sekali kalau kampus membuat festival film karena Indonesia butuh orang-orang baru," " paparnya.

Ia menilai, banyaknya layar jadi tantangan dan kesempatan buat para film maker baru. Itu sebabnya aku juga sering bikin kelas nulis skenario. "Aku lihatnya banyak penulis yang tidak sadar kalau industri film butuh banyak banget penulis skenario. Demandnya tinggi banget," imbuhnya.

Untuk kaum muda yang ingin membuat film, Ernest Prakasa berpesan jangan hanya dijadikan wacana saja dan menyarankan ikut kompetisi film pendek. "Kenapa? Lewat kompetisi kita bisa dapat kesempatan ketemu juri-juri yang kompeten, apalagi kalo kompetisinya tingkat nasional,” katanya.

Tri Wahyu Agustin selaku ketua panitia berharap lewat gelaran acara ini peserta dapat termotivasi dan mengembangkan passionnya yang tidak hanya wacana tapi melakukan sesuatu. "Dengan acara ini kita mau memotivasi anak muda, bahwa hidup ini cuma sekali jadi lebih lebih baik dilakukan untuk hal yang bermanfaat yaitu mengembangkan passion dan berkarya sesuai passion," ujarnya.

Talkshow bersama Ernest Prakasa kemarin dirangkai dengan festival film dan mini workshop yang menayangkan lima film terbaik dari komunitas film dari Jakarta, Bandung, Salatiga dan Yogyakarta.

Nur Iswahyudi, Gelora Yudhaswara, dan Nuraziz widayanto hadir sebagai pembicara dalam acara mini workshop sekaligus juri festival film. Peserta juga diajak nobar film Milly & Mamet.

Film ini berhasil membuat tawa peserta pecah, pasalnya film yang di sutradarai oleh Ernest ini mengusung genre drama komedi. Kejadian ini sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan komedi yang dibawakan sangat natural sehingga penonton tidak bisa menahan diri untuk tertawa lebar.

 

Penulis : ern
Editor   :