Puluhan Bhiksu Awali Ritual Waisak dari Umbul Jumprit


Para Bhiksu  saat melakukan pengambilan air uci di mata air Umbul Jumprit, di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung dan kemudian dibawa disemayankam di  Candi Mendut Kabupaten Magelang . Foto: Widiyas Cahyono

TEMANGGUNG, WAWASANCO -  Mengawali prosesi Waisak 2563 Buddhis Era (BE) / 2019, puluhan bhiksu dari  sembilan  Majelis Sangha , yakni Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madatantri , Majabhumi dan Mahanikaya melakukan ritual pengambilan air suci Waisak di  umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Kamis ( 16/5).

Panitia menyiapkan 12 ribu botol air Suci Waisak  untuk prosesi Tri Suci Waisak yang akan dipusatkan di Candi Agung Borobudur. Sebelum mengambil air di sumber air yang merupakan mata air Sungai Progo itu,para bhiksu/bhiksuni melakukan puja bakti  penyakralan di  altar yang ada di kompleks tersebut.
Kemudian, mereka mengambil air berkah tersebut dengan menggunakan siwur (gayung yang terbuat dari bathok kelapa) dan dimasukkan ke dalam kendi.
Air suci dari umbul Jumprit yang telah dimasukkan ke dalam  kendi tersebut, lalu dibawa dan disemayamkan ke Candi Mendut Kabupaten Magelang[H1] .

Pada prosesi penyakralan tersebut juga ditandai dengan penyalaan lima lilin berwarna oleh sejumlah bhiksu. Kelima warna lilin yang dinyalakan mempunyai makna sendiri-sendiri. Warna biru melambangkan bakti, warna kuning (bijaksana), merah (cinta kasih) , putih (kesucian) dan warna oranye melambangkan semangat.

Panitia Waisak  2563 Buddhis Era (BE)/2019, menyiapkan sebanyak12.000 botol air Suci  Waisak  untuk prosesi Tri Suci Waisak yang dipusatkan di Candi Agung Borobudur 19 Mei besok. Air suci tersebut diambil di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.
“Pengisian air berkah Waisak sebanyak 12.000 botol tersebut telah kami lakukan pada 14 Mei kemarin dan  sebelum pemberkahan  air suci Waisak ini, kami juga telah melakukan pembersihan dan pemeliharaan area Umbul Jumprit,”kata Wakil Ketua Pengambilan air
berkah Waisak Martinus Nata, di sela-sela penyakralan air berkah Waisak di Umbul Jumprit, Kamis ( 16/5).
Martinus menambahkan, selain pengambilan air suci di Umbul Jumprit,pihaknya akan melakukan ritual pengambilan api abadi dari sumber api abadi di Mrapen yang ada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, pada Jumat (17/5)..

“Selanjutnya air Suci Waisak dan api tersebut akan disemayamkan di Candi Mendut dan dibawa ke puncak Waisak di  Candi Borobudur , Sabtu (19/5),” ujarnya.

Sementara itu, menurut Bhiksu Diana Duta, air di agama Buddha mempunyai filosofi yang sangat tinggi, di mana air memberikan kehidupan ke semua makhluk hidup tanpa terkecuali. Untuk itu, sebagai manusia harus mempunyai sifat mirip dengan air. Yakni, memberikan kehidupan, artinya di dalam diri kita ada sebuah cinta kasih yang tidak terbatas dan cinta kasih inilah yang membuat hati kita tenang, tenteram, damai. Selain itum juga  membawa kebahagiaan bagi orang lain bahkan kepada semua makhluk.

Sementara itu, Direktur Urusan Pendidikan dan Agama Buddha Ditjen Binmas Buddha Kementerian Agama RI, Supriyadi mengatakan,  pengambilan air suci Waisak yang dilakukan di Umbul Jumprit ini merupakan salah satu dari prosesi Tri Suci Waisak .

Ia menambahkan, detik-detik Waisak 2563 BE/2019 ini terasa sangat istimewa, karena bertepatan dengan waktu sahur para umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa, yakni pada pukul 04.11 WIB dinihari.

“Detik-detik Waisak pada tahun ini bertepatan dengan waktu sahur bagi umat muslim yang menjalankan puasa. Ini merupakan sesuatu yang sangat unik dan perlu dimaknai dengan baik,” katanya.

 Ia menambahkan, waktu detik –detik Waisak tersebut yang bersamaan dengan waktu sahur puasa, merupakan bagian dari bentuk kebersamaan  yang terjadi di Indonesia .

Menurutnya, dengan persamaan waktu pelaksanaan tersebut, sebagai umat beragama sudah sepatutnya mendepankan toleransi  beragama.  

 


 [H1]

Penulis : widias
Editor   :