
Sejumlah tenaga karyawan saat memproduksi masker kain rancangan Theo di kantor pusat Salatiga Carnival Center, Minggu (27/9). Foto: Ernawaty
SALATIGA WAWASANCO - Setelah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pusat mengumumkan jika masker scuba tidak memenuhi standar protokol kesehatan, ramai-ramai masyarakat membaca peluang membuat masker standar Covid-19.
Masker kain dengan lapisan ganda, alhasil menjadi incaran saat ini. Ini juga dijadikan alasan seorang perancang busana karnaval asal Salatiga ternama sekaligus "owner" Salatiga Carnival Center dan Lamatapo Management, Thedurus Gary Natanael, S.I.Kom sering di sapa Theo, memproduksi masker kain standar Covid-19.
Tak main-main, Theo sebelum memproduksi untuk dijual kembali ia sempat mensurvei serta bertanya kepada sejumlah kalangan mumpuni, salah satunya tenaga kesehatan (nakes) terkait masker yang benar dan standar Covid-19.
"Saya survei dulu, bertanya kanan kiri. Dengan niat apa yang saya produksi bukan semata-mata mencari keuntungan semata-mata, melainkan masker benar-benar bisa membantu menangkal serta senjata pertahanan diri dari Covid-19. Barulah saya memberanikan diri memproduksi setelah memiliki bekal masker standar Covid-19 seperti apa," kata Theo ditengah dirinya mengawasi sejumlah pekerjanya memproduksi masker kain, Minggu (27/9).
Dengan kegemarannya mendesain, sebenarnya jahit menjahit pernak pernik telah ditekuni Theo sejak 2019. Saat itu, pemuda lajang ini meluncurkan aksesoris-aksesoris fashion seperti vest, tie, bowtie, dan bros.
"Tetapi setelah bulan maret diawal pandemi, akhirnya mulai membuat APD seperti masker dan hazmat dengan melekatkan brand 'Mothe by Mas Theo'," ungkapnya.
Sampai akhirnya, ia pun memberanikan diri membuat masker. Lantas apa yang motivasi awal adanya brand 'Mothe by Mas Theo, pemuda kelahiran Solo ini menyebut kebutuhan fashion manusia meningkat dengan hadirnya brand fashion TheoAntoinetteRintoko by Mas Theo.
Menuntut harus bisa mengembangkan ke brand fashion pendukung berupa aksesoris fashion, maka muncullah brand fashion 'Mothe by Mas Theo'.
"Dan untuk masa pandemi Covid-19 akhirnya memaksa harus memutar haluan ke pembuatan masker dan hazmat," tuturnya.
Dalam pemilihan bahan, produk masker Theo dari kain-kain nusantara seperti tenun, batik khas seluruh daerah di Indonesia.
Memilih bahan yang nyaman serta model kekinian, diawal produksinya Theo membuat tidak dalam jumlah besar.
Pemilihan bahan, ditegaskannya melalui seleksi kain premium untuk menghasilkan karya yang baik. Khusus pembuatan hazmat, diakuinya menggunakan sistem 'make by order' sesuai permintaan dari 'costumer'.
Melibatkan sejumlah pengrajin dari kalangan usia muda, proses produksi dilakukan oleh tim dengan melibatkan orang-orang disekitar kantor Salatiga Carnival Center.
"Niatan saya sekaligus memberikan lapangan pekerjaan kepada pemuda sekitar di Salatiga, sekaligus mengangkat kain batik sebagai ciri khas bangsa Indonesia serta mengajak masyarakat patuh Protkes dengan masker standar Covid-19," tandasnya.
Pemasaran pun, Theo 'jajal' dari temen-temen tongkrongan hingga kelompok-kelompok masyarakat dari berbagai kalangan ia ikuti. Tak tanggung-tanggung, produk masker rancangan Theo sudah merambah ke luar pulau Jawa karena dibawah sejumlah model dan perancang ternama dari kota-kota besar.
Dengan harga jual terjangkau yakni Rp 5000, masker buatan Theo bisa dibilang memiliki desain, motif serta jahitan yang halus sekelas butik.
"Ada beberapa produk dan harga yang ditentukan tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang digunakan. Ada masker polos, masker wedding, masker uniform, masker etnic, masker broklat, masker payet, masker karnaval. Dari bentuk scuba atau kotak. Semua mulai dari Rp 5 ribu saja, hingga Rp 200 ribu kembali tergantung kesulitan dan kerumitannya," jelasnya.
Dan yang menarik, meski harga kaki lima kualitas butik setiap produk di brand fashion 'Mothe by Mas Theo' pasti akan menjadi identitas dari brand tersebut.
"Maka sebagai bentuk identitas brand fashion tersebut, maka seluruh hasil produksi akan ada label fashion yang menempel di produk tersebut," imbuhnya.
Sejumlah warga Salatiga mengaku, mulai mengenal masker brand fashion 'Mothe by Mas Theo' karena tidak hanya yang terjangkau tapi juga bahan membuat nyaman saat digunakan, juga terlihat stylish.
"Buat segala umur bisa menyesuaikan. Yang jelas, harga kaki lima kualitas butik. Bisa bergaya lagi dengan motif beragam batik khas Indonesia, keren pokoknya," ujar Fitri Yanti (34), warga Tingkir, Salatiga.
Penulis : ern
Editor : edt