
Para pengunjung Warung Komunitas (Warkom) Salatiga saat menikmati kedai kopi mengusung warung komunitas terbesar di Salatiga, Sabtu (2/1). Foto : Ernawaty
SALATIGA, WAWASAN.CO. Malam pergantian tahun 2020 ke 2021 lalu, menjadi harapan pengusaha coffee shop di Salatiga meraup keuntungan. Namun apa daya, banyaknya larangan melunturkan pundi-pundi rupiah.
Kekecewaan tersebut hingga kini, masih diraya sejumlah owner kedai kopi di Salatiga. Seperti diungkap Owner Kalimera Coffee Salatiga, Bayu Aji.
Kepada wartawan Wawasan Rabu (2/1), Bayu mengisahkan terseok-seoknya ia harus bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang sepi pengunjung.
"Sepuluh bulan sudah sejak corona, usaha Coffee Shop saya ini nombok," ujar Bayu.
Jika sebelumnl pandemi Covid-19 Kalimera Coffee Shop mampu menjual 80 item karena Corona melanda tanah air usahanya mengalami kembang kempis.
"Yang dulu sebelum Covid-19 bisa menjual 80 per item, saat ini rata-rata tiap bulan hanya mampu menjual sebanyak 10 item saja. Tahun 2020 menjadi titik nol alias menjadi mimpi buruk karena kondisi usaha 'tenggelam' dan nombok terus. Berharap besar, tahun 2021 perekonomian perlahan normal," tutur Bayu.
Bayu menyebut, persoalan utama kelangsungan usaha Coffee Shop bukan terletak pada pembatasan yang selama ini disyaratkan pemerintah melainkan cukup lamanya perguruan tinggi (PT) belum aktif yang memang menjadi segmen kedai kopi di Salatiga, khususnya.
"Tidak masalah pembatasan. Tapi karena sekolah dan kampus sudah terlalu lama tutup. Usaha kami memang dengan segmen pelajar, mahasiswa. Ya berharap besar sekolah, kampus segera buka," ungkap Bayu.
Menyiasati tetap hidup, Bayu mengaku usahanya dijalankan dengan menjelajah iklan secara on-line dan kelompok-kelompok kuliner di Salatiga. Karena memang, dengan cara itu usahanya bisa bertahan hidup.
"Promo dimedia sosial benar-benar kami manfaatkan sebagai ajang promosi gratis," pungkasnya.
Hal serupa disampaikan Owner Warkom Coffee, Salatiga, Dwi Wahyono. Pengusaha konfeksi ini menyebut tahun 2020 adalah refleksi usahanya yang sempat meraih masa kejayaannya itu.
"Bisa dibilang tahun 2020 kondisi terburuk usaha kedai kopi Warkom sejak berdiri. Tidak membaik dan semakin sulit," tandas Dwi Wahyono.
Dengan adanya larangan pengumpulan massa serta pembatasan, membuat pengusaha Coffee Shop harus rela memutar otak jika ingin tetap bertahan.
Dan di ujung tahun, kedai kopi yang mengusung tema warung komunitas itu pada momen pergantian tahun benar-benar "jatuh". Pasalnya, adanya larangan pengumpulan massa serta live musik mau tak mau harus ditaati pengusaha Coffee Shop.
"Momen pergantian tahun 2020 lalu ke 2021 lalu, kali pertama menjadi sejarah terburuk dalam bisnis kedai kopi di Salatiga. Tidak ada live musik, pengunjung berkurang. Kami pengusaha kedai kopi berharap tahun 2021 perekonomian segera pulih," imbuhnya.
Penulis : ern
Editor : edt