
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi berdoa saat berziarah di Makam Ki Gede Penatas Angin di Desa Pungangan, Kecamatan Doro. Foto: Hadi Waluyo.
KAJEN - Memasuki bulan Ramadan 1439 H, destinasi wisata religi yang tersebar di Kabupaten Pekalongan akan ditingkatkan. Oleh karena itu, pusat-pusat destinasi wisata religi di Kota Santri akan ditata.
Upaya memperkuat destinasi wisata religi ini diungkapkan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi usai berziarah ke Makam Waliyullah Ki Gede Penatas Angin di Dusun Kopeng, Desa Pungangan, Kecamatan Doro. Bupati Asip mengungkapkan, salah satu situs bersejarah yang bersifat religius bukti peninggalan pusat awal penyebaran Islam di Kabupaten Pekalongan berada di Desa Pungangan dan Rogoselo. Situs Makam Ki Gede Penatas Angin telah ditata dan dikembangkan dengan bagus oleh masyarakat sebagai destinasi wisata religi.
“Namun apabila memungkinkan dapat ditingkatkan lebih lanjut dari berbagai aspek, seperti meningkatkan akses jalan, jembatan, dan penerangannya. Hal ini perlu dilakukan mengingat jumlah peziarah atau pengunjungnya dari waktu ke waktu semakin banyak, terutama setiap hari Jumat, bahkan ada yang datang dari luar pulau seperti Madura dan sebagainya,” ujar Bupati, baru-baru ini.
Bupati menuturkan, peningkatan ini bertujuan untuk memelihara peninggalan para leluhur (penyebar agama Islam), memperkuat destinasi wisata ziarah yang sudah ada, dan memberdayakan ekonomi masyarakat. “Jika dikelola dengan bagus akan banyak mendatangkan manfaat ekonomi bagi warga masyarakat sekitar. Penyediaan warung, parkir, yang dikelola oleh pemuda, LMDH, Pokdarwis yang tentu saja harus bekerjasama dengan Perhutani dan PT Perkebunan (PTP), karena situs ini berada di kawasan perkebunan karet dan kawasan hutan," katanya.
Awal Masuk Islam
Dari sisi historis, lanjut dia, situs Makam Ki Gede Penatas Angin merupakan salah satu kunci awal sejarah masuknya pertumbuhan dan penyebaran Islam di wilayah Kabupaten Pekalongan, sehingga dapat disebut sebagai kutub atau mercusuar perkembangan Islam di Kabupaten Pekalongan.
Di wilayah Kabupaten Pekalongan terdapat empat kutub pesebaran agama Islam, meliputi Syekh Wali Agung Rogoselo di Desa Rogoselo dan Waliyullah Ki Gede Penatas Angin di Desa Pungangan Doro, Mbah Wali Tanduran di Paninggaran, Mbah Wali Ambariyah di Desa Bukur, Bojong, dan Sayyid Abu Bakar di Desa Kayugeritan, Kecamatan Karanganyar.
Kabupaten Pekalongan dikenal kaya dengan khasanah budaya keagamaan, keindahan alam, seni, kuliner, dan batik yang telah menjadi trademark. Dari kutub-kutub tersebut, Bupati berencana akan mengembangkan dan meningkatkannya secara bertahap menjadi satu rangkaian destinasi wisata secara komprehenshif.
Muara dari keseluruhan penataan dari berbagai aspek tersebut diharapkan dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah yang memiliki destinasi wisata.
Lokasi Makam Ki Gede Penatas Angin sendiri berada di area yang cukup luas di kawasan hutan dan perkebunan karet tidak jauh dari pemukiman warga di Dusun Kopeng. Tersedia area parkir yang luas untuk menampung kendaraan kecil seperti angkudes/angkot, mobil pribadi maupun kendaraan bak terbuka. Untuk saat ini kendaraan besar belum bisa masuk karena akses jalan dan jembatan yang sempit, terutama saat menikung setelah melewati jembatan yang menjadi pintu masuk hingga tikungan depan masjid Dusun Kopeng.
Ramai Kunjungan
Menurut penuturan Kusnandar, seorang tokoh pemuda sekaligus Ketua LMDH Desa Pungangan, Makam Waliyullah Ki Gede Penatas Angin biasa ramai dikunjungi peziarah utamanya pada hari Jumat, menjelang bulan suci Ramadan, setelah Lebaran Idul Fitri, dan bulan-bulan besar lainnya. Puncak keramaian peziarah terjadi pada acara khaul yang rutin dilaksanakan setiap tahun pada Hari Kamis pertama setelah Hari Raya Idul Adha.
"Kunjungan rata-rata bisa mencapai ratusan orang perhari, bahkan saat ramai mencapai 500 orang perhari. Di kawasan lokasi religi ini terdapat pula batu sumur dan goa yang sering dikunjungi para peziarah, dan letaknya tidak jauh dari makam," tutur Kusnandar.
Penulis :
Editor :