Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan,  Agustina Wilujeng: Kebhinekaan Harus Jadi Ikatan Saling Percaya dalam Kehidupan Berbangsa


Anggota MPR Agustina Wilujeng Pramestuti SS MM mendengarkan salah satu narasumber menjelaskan hakikat informasi yang benar, dalam sosialisasi empat pilar di Warga Lokal, Semarang, (11/11/2022)

Anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Agustina Wilujeng Pramestuti, SS, MM menyatakan kebhinnekaan itu harus jadi ikatan dan modal sosial, terutama saat menghadapi tantangan global. Menurutnya, ketika era informasi kian deras, saat kita juga susah membedakan mana berita hoak, mana berita hasutan dan fitnah, dan mana yang benar-benar kenyataan,  justru ikatan kebhinekaan harus terus dieratkan dan dijadikan kekuatan.

''Sehingga kita dapat bersatu padu, dengan kebersamaan, tidak ada lagi keterpecahan. Saya sangat menyayangkan jika ada pihak yang menganggap golongannya paling hebat, paling benar, dan menganggap yang lain rendah atau sebagai gangguan. Ini saatnya justru kita melupakan semua beda, menjadikan tujuan kebangsaan sebagai perekat utama,'' tegasnya dalam Sosialiasi Empat Pilar Kebangsaan di Kafe Warga Lokal, 11 November 2022.

Dalam sosialisasi yang dihadiri 50-an tokoh milenial dan pemerhati media itu, Agustina berharap munculnya kesadaran bahwa mengutak-atik lagi kebhinekaan adalah sebuah langkah mundur, dan justru membuat energi bangsa ini akan terbuang sia-sia. Dia menilai ada upaya untuk terus membuat kita tidak utuh dan maju, karena masih saja ada isu primordialisme, kesukuan, keagamaan, yang dijadikan pemantik ketegangan di masyarakat.

''Kita jadi tegang dan tidak nyaman ketika ada golongan yang merasa paling benar. Ini energi negatif untuk bangsa ini. Empat pilar kebangsaan, Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika itu adalah pondasi dan panduan hidup berkebangsaan. Jadi, jika pilar atau pondasi itu diutak-atik, ya yang rugi kita sendiri. Masa kita harus mundur lagi, harus menghabiskan energi untuk sesuatu yang sudah final dan selesai. Harusnya justru pondasi itu kita perkuat, kita jadikan dasar untuk meletakkan cita-cita kebangsaan,'' tegasnya.

Tapi, Agustina menyadari bahwa era informasi yang sangat deras ini memang memberi manfaat positif dan negarif. Negatifnya, ketika informasi hadir tanpa filter, maka ada pihak tertentu yang memanfaatkannya. Tujuannya agar ramai atau viral. Agar mendapatkan perhatian. Tapi, dampaknya justru jadi berbeda dan bisa menjadi efek bola salju.

Agustina yang tengah menempuh S3 di Fakultas Ilmu Budaya Undip itu mengharapkan banyak pihak untuk selalu menyaring apa yang akan mereka bagikan di media sosial. Dia meyakini, selama informasi itu tersaring, mencari dari sumber yang terpercaya, dan berorientasi pada pesan-pesan positif, maka kebhinnekaan sebagai modal sosial akan cepat terwujudkan.

''Karena itu, peran media arus utama sangat penting di era ini, untuk memberi kejelasan dari banyak hal yang kadang kita temukan di media sosial. Media sosial itu rimba informasi. Tak jelas sumber dan kredibilitasnya, kadang hanya rumor, hanya humor, yang berkembang jadi serius karena diviralkan. Nah, media umum atau mainstream harus mengambil peran menjadi penjelas dan penegas kenbhinnekaan itu. Sehingga masyarakat jadi mengerti dan paham, sehingga mendapatkan informasi yang tepat dan jernih,'' ungkapnya panjang.

Pembicara lain, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Dr Teguh HP juga mengamini apa yang dikatakan Agustina. Teguh dengan jelas lalu mengungkapkan perbedaan media sebagai pers dan yang bukan pers atau media sosial. Karena itu, doktor dari Undip ini meminta audiens selalu mengutamakan informasi dari media yang terverifikasi Dewan Pers, daripada media sosial.

''Media yang sudah diverifikasi Dewan Pers, otomatis beritanya jelas. Ada tujuan, ada aspek kehati-hatian, ada kepastian dan kejelasan sumber, dan juga selalu dalam konteks menjaga nilai-nilai empat pilar. Ini yang tidak dimiliki media sosial. Makanya, tugas kita untuk meliterasi warga tentang media sosial juga penting, agar mereka tidak menganggap apa yang viral sebagai kenyataan atau bahkan kebenaran,'' tandasnya.

Agus Satryawan SE yang didapuk menjadi moderator berhasil menghidupkan acara diskusi dengan memantik kuis dan memberikan hadiah yang membuat peserta makin semangat mengikuti acara hingga usai.

Penulis : arr
Editor   : edt